Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 17/10/2021, 08:00 WIB
Jessica Rosa Nathania,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Buta warna merupakan masalah yang menyebabkan mata kesulitan atau tidak mampu untuk membedakan warna.

Kondisi ini berkisar dari ringan hingga berat yang memungkinkan penderitanya tidak dapat membedakan beberapa warna antara merah, hijau, kuning, dan biru, atau justru hanya melihat warna abu-abu, hitam, dan putih.

Baca juga: Apakah Buta Warna Bisa Disembuhkan?

Penyebab

Mata mengandung sel-sel saraf dengan sebutan kerucut yang memungkinkan retina untuk melihat warna.

Masing-masing kerucut menyerap berbagai panjang gelombang cahaya dan bereaksi terhadap warna merah, hijau, atau biru, dan mengirimkan informasi ke otak untuk membedakan warna.

Jika tidak memiliki atau mengalami kerusakan pada satu atau lebih kerucut di retina, ,maka Anda akan kesulitan melihat warna dengan benar.

Berkaitan dengan hal tersebut, berdasarkan Healthline, buta warna juga dapat terjadi karena:

  • Keturunan
    Umumnya buta warna ditularkan dari ibu ke janin saat dalam masa kehamilan
  • Penyakit mata
    Contohnya seperti glaukoma, katarak, degenerasi makula, atau retinopati diabetik
  • Kondisi medis tertentu
    Seperti diabetes, penyakit Parkinson, Alzheimer, atau sklerosis ganda
  • Obat-obatan tertentu
    Antibiotik etambutol yang mengobati tuberkulosis dapat menyebabkan masalah saraf optik dan kesulitan untuk melihat beberapa warna
  • Faktor lainnya
    Buta warna juga bisa disebabkan oleh penuaan atau terpapar zat kimia yang beracun

Gejala

Dilansir dari NHS, gejala buta warna yang paling umum adalah perubahan dalam penglihatan, seperti:

Baca juga: 5 Macam Tes Buta Warna

  • Kesulitan untuk membedakan warna antara merah dan hijau
  • Warna terlihat kurang cerah dari sebelumnya
  • Kesulitan membedakan sesuatu yang bernuansa ungu
  • Tidak dapat membedakan warna merah dan hitam

Namun, perlu diketahui bahwa buta warna dapat tidak menunjukan gejala signifikan pada beberapa orang sehingga sulit untuk dideteksi.

Oleh karena itu, kondisi ini harus dikonsultasikan dengan dokter jika Anda untuk mengkonfirmasi diagnosis dan mendapatkan perawatan yang tepat.

Diagnosis

Menurut Healthline, pengujian buta warna akan mencakup penggunaan gambar khusus yang disebut pelat pseudoisokromatik.

Gambar-gambar khusus tersebut terbuat dari titik-titik berwarna yang memiliki angka atau simbol yang tertanam di dalamnya.

Jika memiliki penglihatan normal, dengan mudah Anda dapat melihat angka dan simbol tersebut.

Namun, sebaliknya, Anda akan kesulitan melihat angka dan simbol atau justru melihat sesuatu yang berbeda.

Selain itu, dokter juga dapat mendeteksi buta warna dengan meminta Anda untuk mengatur objek berwarna dalam urutan nuansa yang berbeda.

Perawatan

Dilansir dari NHS, hingga saat ini tidak ada obat yang dipastikan dapat mengurangi tingkat keparahan buta warna.

Baca juga: 5 Penyebab Buta Warna

Namun, Anda dapat mencoba dan berlatih beradaptasi kondisi ini dengan melakukan cara berikut:

  • Jangan ragu untuk meminta bantuan, misalnya dalam memeriksa makanan atau minuman
  • Menggunakan pencahayaan yang berkualitas untuk membantu membedakan warna
  • Memanfaatkan teknologi seperti perangkat digital yang dapat membantu mengidentifikasi warna
  • Penggunaan lensa khusus untuk membantu membedakan warna

Jika buta warna disebabkan oleh kondisi medis tertentu, maka dokter akan mengobati penyebab yang mendasarinya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.

Video rekomendasi
Video lainnya

Indeks Penyakit


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com