Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 17/10/2021, 16:00 WIB
Annisyah Dewi N,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Salah satu gangguan pada mata adalah nistagmus, yaitu kondisi di mana salah satu atau kedua bola mata bergerak cepat dan tidak terkendali.

Nistagmus dapat menyebabkan ketidakteraturan gerakan mata, baik naik dan turun, kanan dan kiri, atau berputar secara berulang.

Kondisi ini menyebabkan penderita tidak dapat melihat objek secara jelas karena pandangan yang tidak fokus, bahkan keseimbangan tubuh juga dapat terganggu.

Baca juga: Mata Juling

Gejala

Menurut American Academy of Ophthalmology, gejala utama nistagmus adalah gerakan mata yang cepat yang tidak dapat dikendalikan.

Pada umumnya, mata bergerak dari sisi ke sisi (horizontal), tetapi juga dapat bergerak ke atas-bawah (vertikal) atau berputar (torsinal).

Kecepatan gerakan mata ini dapat bervariasi antara lambat dan cepat, serta umumnya terjadi pada kedua mata.

Selain itu, terdapat beberapa gejala lain yang dirasakan penderita nistagmus, yaitu:

  1. Mata lebih sensitif terhadap cahaya atau fotofobia
  2. Pusing
  3. Sulit melihat dalam gelap
  4. Penglihatan terganggu
  5. Gangguan keseimbangan
  6. Memiringkan atau mengarahkan kepala pada posisi tertentu agar penglihatan tetap fokus
  7. Merasa bahwa tempat berpijak bergetar

Penyebab

Dirangkum dari American Academy of Ophthalmology dan Medline Plus, pergerakan bola mata dikendalikan oleh otak dan telinga bagian dalam (labirin).

Otak akan menstabilkan benda yang terlihat oleh mata agar tetap tampak jelas dan tajam meski manusia menggerakkan kepala.

Baca juga: Mata Malas

Namun, pada penderita nistagmus bagian otak dan telinga bagian dalam (labirin) yang mengendalikan pergerakan bola mata tidak berfungsi dengan baik.

Berdasarkan penyebabnya, nistagmus terbagi menjadi beberapa jenis, yaitu:

  • Nistagmus kongenital atau infantile nystagmus syndrome (INS)

Merupakan jenis nistagmus yang terjadi karena faktor genetik atau bawaan dan hadir sejak lahir.

Pada umumnya, kondisi ini terjadi secara langsung setelah bayi lahir atau dalam enam minggu sampai tiga bulan pertama kehidupan.

Nistagmus kongenital biasanya ringan dan tidak berkembang menjadi parah. Hal ini menyebabkan orang tua tidak menyadari anaknya menderita INS.

Pada kasus yang jarang terjadi, INS dapat disebabkan oleh penyakit bawaan pada mata, seperti perkembangan saraf optik yang tidak sempurna.

  • Acquired Nystagmus atau nistagmus yang didapat

Merupakan jenis nistagmus yang terjadi karena bagian dalam telinga (labirin) mengalami gangguan atau terjadi kerusakan.

Gangguan atau kerusakan ini dapat dipicu oleh penyakit, cedera atau kecelakaan, dan gangguan neurologis.

Faktor risiko

Merangkum American Academy of Ophthalmology dan Medline Plus, terdapat beberapa kondisi yang meningkatkan risiko mengalami acquired nystagmus, yaitu:

Baca juga: 5 Komplikasi Diabetes pada Mata yang Perlu Diwaspadai

  1. Cedera pada kepala akibat cedera atau kecelakaan
  2. Penyakit telinga bagian dalam, seperti labirinitis dan penyakit Meniere
  3. Kekurangan vitamin B12
  4. Penyakit pada otak, seperti multiple sclerosis, tumor otak, dan stroke
  5. Penyalahgunaan narkoba atau alkohol
  6. Efek samping obat-obatan tertentu, seperti antikejang (phenytoin) dan obat penenang (lithium)
  7. Penyakit mata, seperti katarak dan strabismus

Diagnosis

Dikutip dari American Academy of Ophthalmology, dokter akan melakukan tanya jawab, serta melihat riwayat penyakit dan obat yang pernah atau sedang dikonsumsi penderita.

Kemudian, dokter akan meminta penderita berputar selama 30 detik lalu berhenti dan meminta mereka untuk mencoba menatap suatu objek.

Mata penderita nistagmus akan bergerak perlahan ke satu arah, lalu bergerak secara cepat ke arah yang berlawanan.

Jika diperlukan, dokter mungkin akan melakukan pemeriksaan penunjang berikut:

  1. Electro-oculography, yaitu pemeriksaan yang mengukur pergerakan mata dengan menggunakan elektroda
  2. Pemeriksaan telinga
  3. Pemeriksaan sistem saraf atau neurologis
  4. Tes pencitraan kepala untuk mengetahui kondisi otak dengan CT scan atau MRI

Perawatan

Merangkum American Academy of Ophthalmology dan Royal National Institute of Blind People, metode penanganan akan disesuaikan dengan jenis nistagmus yang dialami.

Baca juga: 6 Cara Mudah Jaga Kesehatan Mata

Nistagmus kongenital atau infantile nystagmus syndrome (INS) tidak dapat disembuhkan, tetapi dokter akan meresepkan kacamata atau lensa kontak.

Hal ini dapat memperjelas penglihatan sehingga dapat meringankan gangguan penglihatan yang memengaruhi aktivitas penderita.

Pada kasus yang parah, dokter mungkin akan menyarankan operasi, yang disebut prosedur tenotomy, untuk mengubah posisi otot yang mengendalikan gerakan mata.

Namun, prosedur ini tidak dapat menyembuhkan nistagmus sepenuhnya, tetapi dapat mengurangi derajat kemiringan kepala saat penderita memperjelas penglihatan.

Sedangkan bagi penderita acquired nystagmus, metode penanganan akan disesuaikan dengan kondisi yang mendasarinya, seperti:

  1. Mengganti obat yang menyebabkan nistagmus
  2. Memberikan obat untuk mengobati masalah medis yang memicu nistagmus, seperti memberikan antibiotik untuk mengatasi infeksi telinga bagian dalam
  3. Berhenti menggunakan narkoba atau alkohol jika nistagmus disebabkan oleh penyalahgunaan narkoba atau alkohol
  4. Suntik botulinum toxin (botox) untuk mengatasi pergerakan mata yang berlebihan akibat nistagmus

Pencegahan

Melansir American Optometric Association, tidak ada cara yang efektif untuk mencegah nistagmus kongenital karena disebabkan oleh faktor genetik.

Namun, acquired nystagmus atau nistagmus yang didapat, dapat dicegah dengan mengurangi kemungkinan cedera, seperti:

Baca juga: 7 Makanan yang Dapat Meningkatkan Kesehatan Mata

  1. Melakukan aktivitas dengan hati-hati dan penuh kewaspadaan
  2. Menggunakan perlengkapan keamanan saat beraktivitas atau berolahraga yang dapat mencederai bagian kepala dan mata
  3. Hindari konsumsi narkoba dan alkohol
  4. Lakukan pemeriksaan mata secara berkala untuk memastikan kesehatan mata
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.

Video rekomendasi
Video lainnya

Indeks Penyakit


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com