Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 28/10/2021, 14:00 WIB
Xena Olivia,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Stenosis mitral (MS) adalah bentuk penyakit katup jantung yang ditandai dengan penyempitan lubang katup mitral.

Stenosis mitral membatasi aliran darah dari atrium kiri ke ventrikel kiri.

Umumnya, kondisi ini disebabkan oleh demam rematik, meskipun stenosis biasanya irelevan secara klinis hingga beberapa dekade kemudian.

Baca juga: Demam Rematik

Stenosis katup mitral juga dapat menyebabkan berbagai masalah, seperti:

  • kelelahan
  • kesulitan bernapas
  • pembekuan darah
  • gagal jantung.

Gejala

Stenosis mitral biasanya menyebabkan sesak napas, khususnya saat berolahraga atau berbaring.

Gejala lainnya, meliputi:

  • batuk, dengan atau tanpa darah
  • sakit dada
  • kelelahan
  • pembengkakan di pergelangan kaki atau tungkai
  • infeksi pernapasan
  • pipi merah muda atau keunguan.

Jika kasusnya parah, dada dapat terasa berdebar atau berdetak cepat (palpitasi). Dalam beberapa kasus jarang juga mungkin ada rasa tidak nyaman di dada.

Dada terasa kencang atau menyempit, juga rasa sakit yang menjalar keluar dari dada.

Beberapa orang dengan stenosis mitral tidak menunjukkan gejala apapun. Gejala juga bisa jadi hanya timbul saat berolahraga atau stres.

Baca juga: 7 Gejala Demam Rematik dan Penyebabnya

Penyebab

Beberapa kondisi yang dapat menyebabkan stenosis mitral, antara lain:

  • kelainan jantung bawaan
  • prolaps katup mitral
  • demam rematik
  • lupus
  • kondisi lainnya.

Demam rematik merupakan bentuk komplikasi dari radang tenggorokan atau demam berdarah yang tidak diobati.

Penyakit tersebut dapat merusak katup jantung yang menyebabkan penyakit jantung rematik. Stenosis mitral akibat jantung rematik disebut stenosis mitral rematik.

Selain itu, stenosis mitral juga dapat terjadi jika terdapat penumpukan kalsium di katup jantung.

Kondisi ini lebih umum terjadi pada pasien usia lanjut dan biasanya disebut stenosis mitral klasifikasi.

Diagnosis

Dokter akan menggunakan bantuan ekokardiografi dan pencitraan kardiovaskular untuk mendiagnosis stenosis mitral, termasuk:

  • ekokardiogram transtorakal (TTE)
  • ekokardiogram transesofageal (TEE)
  • elektrokardiogram (EKG)
  • rontgen dada.

Baca juga: 18 Jenis Kelainan Jantung Bawaan

Komplikasi

Komplikasi yang dapat timbul akibat stenosis mitral, yaitu:

  • gagal jantung
  • stroke
  • hipertensi paru
  • endokarditis

Perawatan

Penanganan stenosis mitral dapat bervariasi dan tergantung apda gejala dan tingkat keparahan penderita.

Jika tidak terdapat gejala apapun dan bersifat ringan, bisa jadi tidak dibutuhkan perawatan apapun.

Berikut beberapa perawatan yang mungkin diberikan pada penderita stenosis mitral.

Obat-obatan

Jika stenosis mitral menimbulkan gejala, dokter dapat meresepkan obat untuk mengatasi gejala yang timbul.

Obat yang diresepkan dapat meliputi:

  • antikoagulan atau pengencer darah untuk mengurangi risiko pembekuan darah
  • diuretik untuk mengurangi penumpukan cairan melalui peningkatan urin
  • antiaritmia untuk mengobati irama jantung yang abnormal
  • beta-blocker untuk memperlambat detak jantung.

Baca juga: Gejala Kelainan Jantung Bawaan pada Bayi, Anak, dan Dewasa

Valvulolasti

Valvuloplasti balon mitral merupakan prosedur yang melibatkan pemasangan kateter yang menempel dengan balon melalui pembuluh darah dan masuk ke jantung.

Setelah tiba di katup mitral, dokter akan mengembangkan balon untuk memperluas katup.

Dalam beberapa kasus, dibutuhkan perlakuan prosedur ini lebih dari sekali.

Operasi

Operasi yang mungkin disarankan dokter adalah penggantian katup mtiral. Katup yang digunakan dapat bersifat:

  • biologis: berasal dari sapi, babi, atau donor manusia
  • mekanis: perangkat buatan manusia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.

Video rekomendasi
Video lainnya

Indeks Penyakit


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com