Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 13/11/2021, 13:00 WIB
Xena Olivia,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kehamilan ektopik terjadi saat sel telur yang dibuahi berkembang di luar rahim, biasanya di salah satu saluran tuba.

Saluran tuba adalah saluran yang menghubungkan ovarium ke rahim.

Jika telur tersangkut di dalamnya, itu tidak akan berkembang menjadi bayi dan dapat mengancam kesehatan sang ibu.

Baca juga: Kehamilan Ektopik (Hamil di Luar Rahim): Penyebab, Gejala, Cara Mengobati

Sayangnya, kehamilan ektopik tidak bisa diselamatkan. Biasanya kehamilan ini harus dihilangkan menggunakan obat-obatan atau operasi.

Gejala

Gejala awal kehamilan ektopik meliputi:

  • pendarahan vagina ringan dan nyeri panggul
  • sakit perut dan muntah
  • kram perut yang tajam
  • nyeri di satu sisi tubuh
  • pusing atau kelemahan
  • nyeri di bahu, leher, atau rektum.

Penyebab

Penyebab kehamilan ektopik tidak selalu jelas. Dalam beberapa kasus, kondisi berikut dikaitkan dengan kehamilan ektopik:

  • peradangan dan jaringan parut pada saluran tuba dari kondisi mdis, infeksi, atau operasi sebelumnya
  • faktor hormonal
  • kelainan genetik
  • cacat lahir
  • kondisi medis yang memengaruhi bentuk dan keadaan saluran tuba, serta organ reproduksi lainnya.

Beberapa faktor risiko yang meningkatkan terjadinya kehamilan ektopik:

Baca juga: 3 Perawatan untuk Hamil Anggur

  • memiliki penyakit radang panggul (PID)
  • merokok
  • berusia lebih tua dari 35 tahun
  • memiliki infeksi menular seksual
  • memiliki jaringan parut dari operasi panggul
  • memiliki ektopik sebelumnya
  • mencoba ligasi tuba atau pembalikan ligasi tuba
  • menggunakan obat kesuburan
  • memiliki perawatan kesuburan seperti fertilisasi in vitro (IVF).

Diagnosis

Jika memiliki dugaan mengalami kehamilan ektopik, segera temui dokter kandungan.

Kehamilan ektopik tidak dapat didiagnosis dari pemeriksaan fisik. Namun, dokter akan tetap melakukannya untuk mengesampingkan faktor-faktor lain.

Diagnosis juga dapat dibuat dengan USG transvaginal.

Prosedur ini melibatkan sebuah alat khusus berbentuk tongkat yang dimasukkan ke dalam vagina untuk melihat jika ada kantung kehamilan dalam rahim.

Selain itu, dokter mungkin akan melakukan tes darah untuk menentukan kadar hCG dan progresteron. Hormon ini merupakan hormon yang diproduksi saat kehamilan.

Jika kadar hormon ini menurun atau tetap sama selama beberapa hari dan kantung kehamilan tidak terlihat USG, kemungkinan sang ibu mengalami kehamilan ektopik.

Jika terjadi gejala yang parah, seperti rasa sakit atau pendarahan yang signifikan, ada kemungkinan saluran tuba telah pecah dan menyebabkan pendarahan internal yang parah.

Baca juga: Berapa Lama Sperma Mampu Bertahan di Dalam Rahim?

Dokter akan segera memberikan operasi darurat.

Perawatan

Terdapat tiga cara utama untuk menangani kehamilan ektopik:

  • berobat jalan (expectant management): pasien akan dipantau oleh dokter. Salah satu dari dua perawatan di bawah ini akan digunakan jika sel telur yang dibuahi tidak larut dengan sendirinya.
  • obat: suntikan obat akan digunakan untuk menghentikan pertumbuhan kehamilan
  • operasi: operasi lubang kunci (laparoskopi) akan dilakukan dengan anestesi umum untuk mengangkat sel telur yagn telah dibuahi, biasanya bersama dengan tuba falopi yang terkena.

Dokter akan memberi tahu manfaat dan risiko dari setiap prosedur. Perawatan tertentu akan direkomendasikan berdasarkan gejala dan hasil tes yang dimiliki.

Beberapa perawatan dapat mengurangi peluang Anda untuk bisa hamil secara alami di masa depan. Meskipun sebagian besar wanita masih bisa hamil setelah mengalami ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.

Video rekomendasi
Video lainnya

Indeks Penyakit


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com