Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 03/01/2022, 18:00 WIB
Annisyah Dewi N,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Meskipun umumnya menyerang kulit, infeksi jamur juga dapat memengaruhi bagian tubuh mana pun, termasuk area kelamin.

Salah satu penyakit yang disebabkan oleh infeksi jamur adalah candidiasis, yaitu infeksi yang disebabkan oleh jamur Candida albicans.

Jamur ini merupakan jamur yang hidup di dalam tubuh manusia, tepatnya pada saluran pencernaan, membran mukosa rongga mulut, dan area kelamin, seperti vagina.

Baca juga: Infeksi Jamur

Namun, ketika jamur Candida albicans berkembang biak secara abnormal maka akan menimbulkan penyakit infeksi yang disebut candidiasis atau kandidiasis.

Candidiasis menyebabkan ketidaknyamanan pada area tubuh yang terpapar.

Candidiasis yang menyerang kulit misalnya, ditandai adanya ruam merah yang disertai rasa gatal dan iritasi.

Infeksi jamur Candida albicans ini dapat dialami oleh siapa saja, tetapi seseorang dengan sistem imun yang lemah lebih berisiko terkena infeksi ini.

Beberapa penyakit yang dapat menyebabkan sistem imun tubuh melemah adalah diabetes, kanker, dan HIV/AIDS.

Penggunaan obat-obatan tertentu, seperti kortikosteroid jangka panjang juga dapat menyebabkan sistem imun tubuh melemah.

Jika tidak mendapat penanganan yang tepat, candidiasis dapat menyebar dan memengaruhi bagian tubuh lain, seperti sel darah, ginjal, usus, jantung, dan otak.

Jenis

Dikutip dari Drugs.com, terdapat beberapa jenis candidiasis yang diklasifikasikan menurut tempat tumbuhnya, yakni:

  • Thrush
    Merupakan candidiasis yang menyerang bagian mulut, seperti area bibir, bagian dalam pipi, lidah, dan langit-langit mulut akibat infeksi jamur Candida albicans.
  • Esofagitis
    Infeksi Candida pada mulut dapat menyebar ke tenggorokan dan menyebabkan esofagitis.
  • Kandidiasis kulit
    Candida dapat menyebabkan infeksi kulit, seperti ruam popok, serta infeksi pada area kulit yang tertutup dan sangat lembap, misalnya area selangkangan.
  • Kandidiasis vagina atau yeast vaginitis
    Merupakan infeksi candidiasis yang muncul pada vagina atau organ intim wanita. Meskipun demikian, kondisi ini umumnya tidak ditularkan secara seksual.
  • Kandidiasis invasif
    Merupakan infeksi yang terjadi ketika jamur Candida masuk ke aliran darah dan menyebar ke seluruh tubuh.

Baca juga: 5 Jenis Jamur Kulit dan Gejalanya

Gejala

Merangkum Drugs.com dan WebMD, gejala candidiasis dapat bervariasi, tergantung pada bagian tubuh yang terinfeksi.

Beberapa gejala candidiasis berdasarkan lokasi infeksinya, meliputi:

  • Thrush:
    1. Bercak putih atau kuning pada lidah,gusi, langit-langit mulut, pipi bagian dalam, dan area sekitar bibir
    2. Kemerahan atau rasa nyeri pada mulut dan dan tenggorokan
    3. Kulit pecah-pecah di sudut mulut.
  • Esofagitis:
    1. Sulit menelan akibat rasa nyeri saat menelan
    2. Rasa sakit atau nyeri dada, tepatnya pada bagian belakang tulang dada atau sternum.
  • Kandidiasis kulit:

Bercak merah, basah, dan tampak berair yang terkadang disertai dengan bintil merah kecil di sekitarnya

  • Kandidiasis vagina atau area genital:
    1. Rasa gatal yang ekstrem pada vagina
    2. Rasa nyeri dan terbakar di sekitar lubang vagina, terutama saat buang air kecil
    3. Rasa sakit atau tidak nyaman saat berhubungan seksual
    4. Pembengkakan pada vagina dan vulva (semua bagian luar dari alat kelamin wanita)
    5. Keputihan atau cairan vagina terlihat berwarna putih, kental, dan menggumpal
    6. Pada pria, infeksi jamur Candida menimbulkan gejala berupa rasa sakit, ruam, dan gatal pada ujung penis.

Baca juga: Infeksi Jamur Penis: Gejala, Penyebab, dan Cara Mengobati

  • Kandidiasis invasif:
    1. Demam tinggi dan menggigil
    2. Kejang
    3. Kegagalan beberapa organ.

Penyebab

Dirangkum dari National Organization for Rare Disorders dan Everyday Health, jamur Candida merupakan jamur yang memang hidup di dalam tubuh manusia.

Jamur Candida hidup dan berkembang biak di kulit dan bagian tubuh lain, seperti mulut, tenggorokan, saluran pencernaan, dan vagina, tanpa menimbulkan penyakit.

Namun, jamur Candida dapat berkembang biak secara abnormal atau tidak terkontrol dan menyebar ke bagian tubuh lain, termasuk aliran darah.

Pertumbuhan dan perkembangan jamur secara abnormal ini umumnya disebabkan oleh sistem imun yang lemah, seperti akibat beberapa kondisi berikut:

  • Mengidap diabetes, HIV/AIDS, atau kanker
  • Menjalani kemoterapi
  • Sedang hamil
  • Mengonsumsi antibiotik dalam jangka panjang
  • Menderita obesitas
  • Penggunaan steroid jangka panjang
  • Efek samping penggunaan kontrasepsi hormonal, seperti pil KB, pil mini, KB spiral (IUD), dan suntik KB
  • Mengalami stres kronis dan insomnia yang menyebabkan penderitanya sulit tidur atau tidak cukup tidur.

Baca juga: Infeksi Jamur pada Vagina: Penyebab, Gejala, Cara Mengatasi

Faktor risiko

Merangkum situs Mayo Clinic dan Everyday Health, beberapa kondisi yang meningkatkan risiko seseorang terkena infeksi jamur, termasuk candidiasis meliputi:

  1. Meskipun candidiasis tidak termasuk infeksi menular seksual (IMS), tetapi wanita yang aktif secara seksual cenderung lebih berisiko terkena candidiasis
  2. Mengonsumsi makanan tinggi gula
  3. Memiliki kebiasaan douching, yaitu membersihkan vagina dengan cairan yang terdiri dari campuran berbagai bahan kimia
  4. Kebiasaan kebersihan pribadi yang buruk
  5. Menggunakan pakaian yang menyebabkan area genital lembap, seperti terbuat dari kain sintetis atau terlalu ketat
  6. Wanita dengan kadar estrogen yang tinggi, seperti wanita hamil
  7. Diabetes yang tidak terkendali
  8. Memiliki sistem imun yang lemah.

Diagnosis

Melansir Drugs.com, diagnosis candidiasis diawali dengan anamnesis mengenai gejala, serta riwayat kesehatan dan obat-obatan yang sedang dikonsumsi pasien.

Selanjutnya, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik, termasuk pemeriksaan pada kulit guna melihat ruam yang muncul.

Selain itu, guna memastikan diagnosis dokter mungkin akan melakukan beberapa pemeriksaan penunjang berikut:

Baca juga: Gejala Infeksi Jamur Vagina dan Penyebabnya

  1. Tes pemeriksaan KOH (kalium hidroksida)
    Merupakan tes untuk mendeteksi infeksi jamur dengan mengambil sampel kerokan kulit dan diperiksa lebih lanjut
  2. Kultur jamur
    Menggunakan sampel darah atau jaringan tubuh untuk mengetahui jenis jamur yang menyebabkan infeksi
  3. Tes darah
    Menggunakan sampel darah untuk mendeteksi penyakit medis atau infeksi di tubuh yang memicu candidiasis
  4. Endoskopi pada esofagus
    Dokter akan memasukkan alat khusus ke dalam tenggorokan untuk mendeteksi keberadaan Candida di dalam tenggorokan.

Perawatan

Dikutip dari Drugs.com, penanganan candidiasis akan disesuaikan dengan jenis atau bagian tubuh yang terkena.

Berikut beberapa metode penanganan yang dapat dilakukan untuk mengatasi candidiasis:

  • Thrush
    Dokter akan memberikan obat antijamur, seperti nistatin dan klotrimazol dalam bentuk cair ataupun pil.
  • Esofagitis
    Dapat diobati dengan obat antijamur oral, seperti flukonazol.
  • Kandidiasis kulit
    Kondisi ini dapat diobati dengan bedak atau krim antijamur, serta pastikan agar area yang terkena tetap bersih dan kering, serta terhindar dari gesekan.
  • Kandidiasis vagina
    Dokter akan meresepkan obat antijamur yang diaplikasikan langsung ke bagian vagina yang terinfeksi, seperti butoconazole, clotrimazole, dan miconazole
  • Kandidiasis invasif
    Dokter akan memberikan obat antijamur, seperti vorikonazol atau flukonazol yang diberikan secara intravena atau melalui infus.

Baca juga: Mengenal Lebih Dalam Apa Itu Infeksi Jamur Hitam di India

Komplikasi

Menurut Drugs.com, pada kasus yang parah, infeksi akibat candidiasis dapat menyebar ke aliran darah yang menyebabkan komplikasi berupa sepsis.

Selain sepsis, candidiasis juga dapat memicu beberapa komplikasi berikut:

  1. Endokarditis
    Peradangan pada endokardium, yakni lapisan di bagian dalam jantung
  2. Meningitis
    Peradangan yang terjadi pada meningen, yakni selaput yang menyelimuti otak dan saraf tulang belakang.

Pencegahan

Dirangkum dari Healthline dan Drugs.com, candidiasis dapat dicegah dengan beberapa cara berikut:

  1. Jaga kulit, terutama area lipatan tubuh, seperti ketiak dan selangkangan agar tetap bersih dan kering
  2. Konsumsi antibiotik sesuai dengan saran dan anjuran dokter
  3. Terapkan gaya hidup sehat, seperti mengonsumsi makanan bergizi seimbang dan probiotik
  4. Lakukan pemeriksaan rutin apabila menderita penyakit yang dapat melemahkan sistem imun, seperti diabetes dan kanker
  5. Gunakan pakaian yang nyaman dan menyerap keringat, seperti katun dan linen
  6. Lakukan diet jika memiliki berat badan berlebih atau obesitas
  7. Gunakan alas kaki yang terbuka apabila cuaca sedang terik atau panas
  8. Ganti kaus kaki, pakaian, dan pakaian dalam secara teratur
  9. Hindari menggunakan panty liner dan celana ketat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.

Video rekomendasi
Video lainnya

Indeks Penyakit


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com