Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 03/03/2022, 21:00 WIB
Annisyah Dewi N,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Mual dan muntah saat hamil menjadi kondisi yang lumrah dialami oleh ibu hamil.

Mual dan muntah pada kehamilan terjadi akibat perubahan fisik dan kadar hormon dalam tubuh.

Mual dan muntah saat hamil disebut juga morning sickness karena umumnya kondisi ini memburuk di pagi hari.

Baca juga: Selain Mual dan Muntah, Ini 4 Tanda Awal Kehamilan

Meskipun disebut morning sickness, kondisi ini juga dapat muncul pada siang ataupun malam hari.

Mual dan muntah saat hamil biasanya terjadi pada masa awal atau trimester pertama kehamilan, yaitu di minggu ke-6 kehamilan dan berakhir di minggu ke-12 kehamilan.

Namun, terdapat sebagian ibu hamil yang mengalami kondisi ini sepanjang kehamilan mereka.

Ibu hamil tidak perlu khawatir menghadapi kondisi ini karena ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk meredakannya.

Gejala

Merangkum Mayo Clinic dan BabyCenter, gejala utama mual dan muntah saat hamil adalah rasa mual dan muntah yang lebih sering terjadi pada pagi hari.

Mual dan muntah saat hamil juga dapat terjadi pada waktu lain, baik siang ataupun malam hari.

Kondisi ini sering kali terjadi akibat bau menyengat, makanan pedas, atau makanan panas. Namun, rasa mual ini juga dapat muncul tanpa pemicu yang jelas.

Wanita hamil juga dapat mengalami retching, yaitu kontraksi otot yang menimbulkan keinginan untuk muntah, tetapi tidak mengeluarkan isi lambung.

Pada kasus yang parah, ibu hamil akan merasakan mual dan muntah hebat yang menyebabkan mereka kesulitan makan dan minum.

Mual dan muntah yang muncul secara berlebihan selama kehamilan disebut hiperemesis gravidarum.

Baca juga: Mual dan Muntah

Selain mual dan muntah secara berlebihan, terdapat beberapa gejala lain dari hiperemesis gravidarum, yaitu:

  • Sakit kepala
  • Penurunan berat badan
  • Produksi air liur berlebih
  • Nafsu makan berkurang
  • Inkontinensia urine atau sulit menahan buang air kecil
  • Buang air kecil sedikit
  • Tubuh merasa lelah dan lemas
  • Kebingungan
  • Sembelit atau konstipasi
  • Jantung berdebar
  • Perubahan warna urine menjadi lebih gelap.

Meski dapat berkembang menjadi hiperemesis gravidarum, tetapi umumnya mual dan muntah saat hamil bersifat ringan dan tidak membahayakan kesehatan ibu dan janin.

Sebagian ilmuwan menyatakan bahwa morning sickness merupakan cara tubuh melindungi ibu dan janin dari infeksi bakteri dan racun.

Tubuh akan mengeluarkan racun dan parasit dengan memuntahkannya keluar bersama makanan yang dikonsumsi.

Selain itu, mual dan muntah pada kehamilan juga menjadi tanda bahwa plasenta berkembang dengan baik.

Jaringan plasenta yang berfungsi dengan baik akan melepaskan semua hormon kehamilan, yaitu human chorionic gonadotropin (hCG), estrogen, dan progesteron.

Hal inilah yang menyebabkan seorang wanita mengalami mual dan muntah saat hamil.

Baca juga: 4 Cara Mengatasi Mual dan Muntah

Penyebab

Dikutip dari American Pregnancy Association, penyebab mual dan muntah pada kehamilan masih belum diketahui secara pasti.

Namun, kondisi ini diduga berkaitan dengan perubahan kadar hormon di dalam tubuh selama kehamilan.

Faktor risiko

Merangkum Patient Info dan Healthline, terdapat beberapa kondisi yang dapat meningkatkan risiko ibu hamil mengalami mual dan muntah, antara lain:

  1. Perubahan kadar hormon secara signifikan, seperti hormon kehamilan atau human chorionic gonadotropin (hCG), estrogen, dan progesteron
  2. Mengandung bayi berjenis kelamin perempuan
  3. Menjalani kehamilan pertama
  4. Riwayat morning sickness pada keluarga
  5. Menjalani kehamilan kembar
  6. Memiliki riwayat mabuk perjalanan
  7. Sangat sensitif terhadap aroma atau bau tertentu
  8. Riwayat mengalami mual saat minum pil KB kombinasi yang mengandung hormon estrogen dan progesteron
  9. Stres saat hamil
  10. Mengalami obesitas
  11. Hamil di usia muda
  12. Mengonsumsi makanan mentah atau setengah matang akan meningkatkan risiko infeksi bakteri dan parasit yang memicu mual, muntah, dan diare
  13. Masalah kesehatan, seperti:
    • Tekanan darah tinggi atau preeklamsia
    • Batu empedu
    • Radang usus buntu
    • Migrain
    • Infeksi saluran kemih.

Baca juga: Hiperemesis Gravidarum

Diagnosis

Dirangkum dari situs Medical News Today dan Mayo Clinic, diagnosis mual dan muntah pada kehamilan biasanya diawali dengan anamnesis atau wawancara medis.

Dokter akan mengajukan pertanyaan mengenai gejala yang dirasakan, waktu mengalami keluhan, dan riwayat kesehatan pasien secara menyeluruh.

Selanjutnya, dokter mungkin akan melakukan pemeriksaan penunjang berupa USG guna mengetahui kondisi janin dan melihat kondisi organ di dalam perut.

Pemeriksaan USG juga bertujuan untuk mendeteksi kehamilan kembar dan mendeteksi gangguan pada perut yang menimbulkan rasa mual dan muntah.

Jika diperlukan, dokter mungkin akan melakukan tes darah untuk mengukur kadar elektrolit dan kadar hormon dalam tubuh ibu hamil.

Perawatan

Melansir Medical News Today, mual dan muntah pada ibu hamil umumnya tidak berbahaya, kecuali menyebabkan dehidrasi dan menghambat nutrisi selama hamil.

Kondisi ini dapat ditangani secara mandiri dengan beberapa cara berikut:

  • Istirahat yang cukup dengan waktu dan kualitas tidur yang baik
  • Hindari berbaring setelah makan
  • Makan dalam porsi kecil, tetapi sering
  • Hindari makanan dan minuman dengan aroma menyengat yang memicu rasa mual dan muntah
  • Hindari atau batasi konsumsi makanan berlemak, pedas, dan berkafein karena memicu pelepasan hormon yang menyebabkan asam lambung naik
  • Konsumsi makanan kering, seperti roti dan biskuit sebelum bangun dari tempat tidur
  • Konsumsi makanan ringan tinggi protein sebelum tidur
  • Tetap aktif melakukan hal yang menyenangkan, seperti membaca buku atau menonton televisi agar rasa mual dapat teralihkan
  • Cukupi cairan tubuh dengan minum setidaknya delapan gelas air per hari agar tubuh tetap terhidrasi dan mencegah dehidrasi
  • Jika merasa mual saat minum, ibu hamil dapat meredakannya dengan minuman yang dingin, jus buah, atau menambahkan sari lemon ke dalam minuman
  • Mengonsumsi air jahe, permen jahe, susu jahe, atau teh dengan aroma daun mint dapat membantu meredakan rasa mual dan muntah
  • Menggunakan pakaian yang nyaman dan longgar, terutama pada area pinggang dan perut.

Baca juga: Mual Muntah Tanda Kehamilan, Apakah Bisa Jadi Berbahaya?

Pada kasus yang parah, di mana mual dan muntah menyebabkan ibu hamil sulit makan dan minum, dokter mungkin akan meresepkan obat pereda mual.

Obat ini harus digunakan sesuai dengan anjuran dan resep dokter.

Hindari mengonsumsi obat dan suplemen kehamilan secara bebas tanpa pengawasan dari dokter karena dapat membahayakan janin.

Komplikasi

Menurut Mayo Clinic, mual dan muntah pada kehamilan biasanya tidak menimbulkan komplikasi bagi ibu ataupun janin dalam kandungan.

Namun pada kasus yang parah, kondisi ini dapat menyebabkan ibu hamil mengalami dehidrasi, penurunan berat badan, atau gangguan elektrolit yang dapat membahayakan janin.

Seorang ibu hamil dengan kondisi tersebut perlu menjalani rawat inap di rumah sakit agar mendapat penanganan langsung dari dokter.

Selama menjalani rawat inap, dokter akan memberikan cairan melalui intravena atau infus untuk memenuhi kebutuhan nutrisi ibu dan janin.

Pencegahan

Dikutip dari Mayo Clinic, mual dan muntah pada kehamilan tidak dapat selalu dicegah.

Namun, beberapa tindakan berikut dapat membantu mengurangi intensitas mual dan muntah selama kehamilan:

Baca juga: 6 Cara Menghilangkan Mual pada Ibu Hamil

  1. Hindari makanan dan minuman dengan aroma menyengat karena dapat memicu rasa mual dan muntah
  2. Hindari tempat yang memiliki bau menyengat yang dapat memicu mual dan muntah
  3. Perbanyak istirahat agar tubuh tidak kelelahan
  4. Hindari makanan pedas
  5. Hindari makanan yang mengandung banyak gula, terutama yang menggunakan pemanis buatan karena dapat menimbulkan rasa mual.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.

Video rekomendasi
Video lainnya

Indeks Penyakit


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com