Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

8 Pertanyaan Seputar Demam

Kompas.com - 02/11/2008, 19:03 WIB

DEMAM merupakan kondisi tubuh dengan suhu di atas 37,50c sementara normalnya berkisar 36-37,50c. Demam kerap disertai gejala menggigil, rewel, lesu, gelisah, sulit makan, susah tidur dan sebagainya. Ada beragam pendapat awam soal penanganan demam pada anak yang diluruskan oleh dr. Elizabeth Yohmi, Sp.A, dari RS St. Carolus, Jakarta.

1. Suhu Tubuh Bisa Diukur dengan  Punggung Tangan?

Mungkin masih ada orangtua yang menggunakan metode "manual" untuk mengetahui apakah si kecil demam atau tidak. Caranya amat sederhana, cukup dengan meletakkan punggung tangan di dahi anak yang diduga demam. Atau ada juga yang mencoba mendeteksi peningkatan tubuh si kecil dengan cara memegang bagian tangan/kaki apakah terasa lebih "hangat" atau tidak.

Padahal langkah seperti itu tentu tak akurat. Ada cara yang tepat dan akurat untuk mengukur suhu tubuh, yakni menggunakan termometer. Tingkat akurasinya tergolong tinggi bila pengukuran dilakukan di bagian rektum/anus. Kenapa? Karena wilayah inilah yang paling mendekati suhu tubuh sebenarnya. Namun bukan berarti termometer yang ditempatkan di ketiak, dahi maupun telinga tak akurat lo. Si kecil boleh dibilang demam bila temperatur tubuhnya diukur melalui mulut/telinga menunjukkan angka 37,80C; melalui rektum 380C, dan 37,20C melalui ketiak.

Untuk memantau perkembangan suhu badan si kecil, boleh-boleh saja diukur setiap 3 jam sekali. Kalau perlu, setiap jam juga boleh. Yang jelas, orangtua perlu mencatat perkembangan suhunya, apakah mengalami kenaikan atau penurunan. Lalu ketika memeriksakan si kecil ke dokter, sampaikan catatan perkembangan suhu tersebut. Siapa tahu, pola suhu tubuh dapat digunakan untuk membantu mengetahui kemungkinan penyakit yang diderita si kecil.

2. Kompres Bantu Turunkan Suhu Tubuh?

Metode kompres dianggap sebagai upaya penurun suhu badan. Cara kompres seperti ini memang benar bila dilakukan dengan air hangat. Apa pasal? Karena air hangat membantu pembuluh darah tepi di kulit melebar hingga pori-pori jadi terbuka yang selanjutnya memudahkan pengeluaran panas dari dalam tubuh. Pendapat lain, dengan suhu di luar yang hangat, maka tubuh akan menganggap suhu di luar cukup panas yang membuat tubuh bereaksi menurunkan suhu.

Selain itu, kompres juga bertujuan menurunkan suhu di permukaan tubuh. Turunnya suhu diharapkan terjadi lewat panas tubuh yang digunakan untuk menguapkan air pada kain kompres. Konkretnya, kain kompres dapat diletakkan tak hanya di dahi/kening, tapi juga perut atau di bagian tubuh yang luas dan terbuka. Bisa juga diletakkan di wilayah yang terdapat pembuluh-pembuluh darah besar, semisal leher, ketiak, selangkangan maupun lipatan paha.

Yang perlu diperhatikan, hindari mengompres dengan air dingin, air es atau es batu. Pasalnya, perbedaan suhu yang kelewat ekstrem ini dapat mengakibatkan "korsleting" atau benturan kuat di otak antara suhu panas tubuh dengan kompres yang terlalu dingin tadi. Alih-alih menurunkan suhu tubuh, kompres air dingin justru memicu peningkatan suhu tubuh. Soalnya, air kompres yang dingin tadi dapat menyebabkan pembuluh darah tepi mengecil. Akibatnya, panas yang seharusnya dialirkan oleh darah ke kulit agar keluar dari tubuh justru jadi terhalang hingga suhu tubuh pun akan meningkat.

Begitu juga dengan metode kompres yang menggunakan alkohol. Metode yang dulu dianggap mujarab menurunkan demam ini sudah saatnya ditinggalkan. Soalnya, alkohol bersifat mudah menguap dan untuk proses penguapan ini dibutuhkan energi panas yang diambil dari tubuh penderita. Dengan kompres alkohol, penurunan suhu tubuh bisa berlangsung cepat yang justru bisa membahayakan, Belum lagi uap dari baluran alkohol di tubuh akan terhirup oleh si kecil dan bisa menimbulkan gangguan pada susunan saraf pusat.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com