Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bayi dan Anak Balita Rentan Tertular

Kompas.com - 25/04/2009, 03:26 WIB

Jakarta, Kompas - Gejala meningitis atau radang selaput otak perlu diwaspadai. Bila terlambat diterapi, penyakit ini bisa menyebabkan kecacatan yang berpengaruh pada perkembangan anak bahkan kematian.

Padahal, meningitis sebenarnya bisa dicegah dengan pola hidup sehat dan imunisasi. ”Hal pertama yang perlu diperhatikan adalah membiasakan pola hidup sehat agar daya tahan tubuh selalu terjaga,” kata Ketua Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr Badrul Hegar, Jumat (24/4) di Jakarta.

The Confederation of Meningitis Organisations (CoMO) yang didirikan tahun 2004 menetapkan 25 April sebagai Hari Meningitis Sedunia. Hal ini bertujuan meningkatkan kepedulian terhadap bahaya infeksi yang bisa secara cepat menyerang otak ini, terutama pada anak-anak.

Menular

Menurut situs Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), meningitis adalah peradangan yang terjadi pada meninges, yaitu selaput yang melapisi otak dan saraf tunjang. Meningitis bisa disebabkan berbagai organisme seperti virus, bakteri, dan jamur yang menyebar masuk ke dalam darah dan berpindah ke cairan otak.

Bakteri meningitis sangat berbahaya dan 10-14 persen dari total jumlah kasus bisa berakibat fatal. Jenis bakteri yang terbanyak menyebabkan meningitis adalah Streptoccocus pneumoniae (pneumokokus) dan Neisseria meningitides. Jenis bakteri lain penyebab meningitis adalah Haemophilus influenzae type b (Hib) yang mengakibatkan infeksi saluran pernapasan bagian atas, telinga bagian dalam dan sinusitis.

Meski penyakit ini didiagnosis sejak dini dan mendapat terapi adekuat, 5-10 persen dari pasien meninggal dunia. Bakteri meningitis menyebabkan kerusakan otak, hilangnya pendengaran, dan kemampuan belajar pada 10-20 persen dari total jumlah penderita meningitis yang bertahan hidup.

Bakteri meningitis dapat ditularkan dari satu orang ke orang lain melalui udara. Misal karena kontak jarak dekat dalam waktu lama dengan penderita di antaranya batuk, bersin, ciuman, tinggal di satu tempat dengan banyak orang, berbagi alat makan dan minum.

Akhir-akhir ini, kejadian meningitis tuberkulosis di Indonesia meningkat. ”Kejadian ini sangat berhubungan dengan daya tahan tubuh rendah karena status gizi kurang. Dengan menurunnya kemampuan ekonomi, makin banyak anak mengalami gizi kurang,” ujar Ketua Kelompok Kerja Neurologi IDAI dr Irawan.

Gejala umum meningitis adalah demam tinggi, kejang, atau kekakuan otot leher, dan kesadaran menurun. Gejala lain adalah pasien kebingungan, sakit kepala, takut cahaya terang, dan muntah. Gejala pada bayi adalah ubun-ubun tegang. ”Yang ditakutkan adalah gejala sisa, yaitu gangguan perkembangan, gangguan pendengaran, kelumpuhan, bahkan kematian,” ujar Hegar.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com