Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pencemaran Udara Penyebab Tingginya Timbal di Tubuh Anak

Kompas.com - 04/06/2009, 20:23 WIB

BANDUNG, KOMPAS.com - Tingkat pencemaran udara di kota-kota besar, khususnya Bandung, saat ini cukup memprihatinkan. Meskipun penggunaan bensin berkadar timbal kini sudah dilarang, kini masih banyak ditemukan kasus kadar timbal di ambang batas pada sebagian anak-anak sekolah dasar di Bandung.

Hal ini terungkap dalam sejumlah hasil riset dan survei yang disampaikan dalam diskusi Lingkungan Udara Cekungan Bandung Hari Ini di Grha Kompas-Gramedia, Bandung, Kamis (4/6). Puji Lestari, dosen Teknik Lingkungan Institut Teknologi Bandung mengungkapkan hasil survei terbaru, di 2008, yang menunjukkan seperempat persen dari 400 responden (siswa SD), di darahnya terdapat kadar timbal yang di ambang batas.

Memang, ada penurunan dari sebelum tahun 2006 , ketika kampanye anti-bensin timbal digalakkan. Tahun 2005, 65 persen dari siswa SD, kadar timbalnya di atas batas, ucapnya. Sementara, hasil studi Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jawa Barat pada Mei 2008 menunjukkan, siswa SD yang ada di pusat kota lebih rentan tercemar timbal daripada yang di pinggiran.

Sebanyak 46 persen siswa dari total 60 responden tercemar timbal di atas ambang batas. Sedangkan, hanya 26 persen siswa SD di pinggir kota yang tercemar timbal di atas ambang batas. Adapun ambang batas kadar timbal di darah sebesar 10 mikrogram per desiliter. Dalam penelitian ini bahkan terungkap, ada siswa yang bahkan memiliki kadar timbal sangat ekstrim, yaitu hingga 31,7 mikrogram per desiliter.

Padahal, dampak timbal ini sangat berbahaya bagi kesehatan manusia, khususnya anak-anak. Menurut Kepala BPLHD Jabar Setiawan Wangsaatmadja mengatakan, kadar timbal yang tinggi berdampak pada sistem saraf hingga organ reproduksi. Pada usia anak-anak, berdasarkan riset yang ada, akumulasi timbal yang tinggi pada anak mempen garuhi tingkat kecerdasan, perilaku, bahkan fungsi pendengaran.

Kandungan timbal di darah ini kan sifatnya akumulatif. Timbal ini bisa muncul dari udara atau juga makanan dan air. Kami masih melakukan riset mengapa kadar timbal ini masih tinggi, meskipun keberadaan bensin timbal sudah tidak ada lagi, ujarnya. Ia menambahkan, untuk mencegah polusi yang semakin berlebih, perlu ada integrasi antara kebijakan kependudukan dengan aspek lingkungan hidup.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com