Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cegah Gangguan dari Kutil sampai Kanker

Kompas.com - 16/07/2009, 09:31 WIB

KOMPAS.com - Kanker serviks disebabkan oleh HPV yang ditularkan lewat hubungan seks. Ada lebih dari 100 tipe HPV, tetapi hanya belasan tipe yang bisa menimbulkan kanker. Sisanya merupakan HPV yang kurang berbahaya, penyebab kutil di alat kelamin serta papillomatosis atau tumor di saluran pernapasan.

Menurut Hugues Bogaerts, Vice President dan Direktur Medis GSK Biologicals, serotipe yang paling banyak (70 persen) menimbulkan kanker serviks adalah HPV 16 dan 18. Yang lain adalah tipe 31, 33, 35, 39, 45, 51, 52, 56, 58, dan 59.

Infeksi kronik HPV perlu 2-10 tahun untuk berkembang menjadi kanker. Tidak semua perempuan yang terpapar HPV menderita kanker serviks. Faktor pendorong terjadinya kanker serviks antara lain merokok dan penggunaan kontrasepsi oral. Selain kanker serviks, HPV juga bisa menyebabkan kanker vagina, vulva, penis, dan anus.

Prof Suzanne Garland dari Departemen Obstetri dan Ginekologi Universitas Melbourne, Australia, memaparkan, infeksi HPV tidak terdeteksi oleh sistem kekebalan tubuh dan tidak menimbulkan antibodi karena virus tidak menyebabkan kematian sel, tidak menimbulkan inflamasi, dan tidak masuk ke pembuluh darah.

HPV bersembunyi dalam sel sambil berkembang biak. Infeksi umumnya baru terdeteksi setelah terjadi kelainan pada mukosa (selaput lendir) serviks akibat pertumbuhan sel secara tidak terkontrol alias menjadi kanker.

Dengan adanya vaksin, kini pencegahan bisa dilakukan sebelum terjadi kelainan mukosa.

Vaksin HPV, menurut Dr Linda Eckert dari WHO, dibuat dari protein selongsong sel HPV yang dimurnikan sehingga membentuk partikel mirip virus. Karena bukan dari virus hidup, vaksin tidak menyebabkan penyakit, tetapi mendorong timbulnya antibodi untuk menekan pertumbuhan virus.

Saat ini ada dua jenis vaksin HPV yang beredar di pasaran. Jenis pertama adalah vaksin quadrivalen yang dilisensi tahun 2006. Vaksin ini mengandung partikel mirip virus HPV tipe 6, 11, 16, dan 18 dengan adjuvant aluminium hidroksifosfat sulfat dan diproduksi dengan kapang. Vaksin lain adalah bivalen yang dilisensi tahun 2007.

Vaksin ini mengandung partikel mirip virus HPV tipe 16 dan 18 dengan adjuvant AS04 dan diproduksi dengan sel serangga. Kedua vaksin tidak mengandung antibiotik, tiomersal, ataupun pengawet lain. Hasil penelitian menunjukkan perlindungan vaksin berlangsung selama 5-6 tahun.

”Dengan adanya vaksin HPV, kita dapat memerangi salah satu penyebab kematian terbesar pada perempuan di wilayah ini,” kata Direktur Jenderal International Vaccine Institute Dr John Clemens.

Terkait keamanan vaksin, Dr Xavier Castellsague, Direktur The WHO/ICO Information Centre on HPV and Cervical Cancer, memaparkan, hasil penelitian selama 6-7 tahun terhadap perempuan yang diberi vaksin menunjukkan, kedua vaksin aman dan bisa ditoleransi tubuh.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com