Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bijak Mengkonsumsi Produk Rendah Lemak

Kompas.com - 31/07/2009, 14:07 WIB

KOMPAS.com - Sebenarnya, kita tak perlu memerangi lemak habis-habisan. Lemak tidak sepenuhnya buruk. Tubuh masih tetap membutuhkannya untuk menghasilkan tenaga. Fungsi lemak sangat penting untuk proses penyerapan vitamin (A, E, D, dan K). Jika tubuh kekurangan lemak, kulit akan cepat keriput dan rambut menjadi kering. Lemak juga mendukung sistem saraf untuk memproduksi hormon yang melindungi tubuh dari hipotermia.

Jika mengikuti diet 2000 kalori, tubuh membutuhkan sekitar 70 gram lemak setiap hari. Seperlima dari 70 gram (sekitar 15 gram) seharusnya terdiri atas lemak jenuh (daging merah, mentega) dan sisanya lemak tak jenuh (ikan, minyak sayur).

Biasanya seseorang yang merasa lapar saat diet, mengatasinya dengan mengkonsumsi produk rendah lemak. Apa yang Anda lakukan benar. Namun, ada yang perlu Anda pahami. Kandungan kalori produk rendah lemak biasanya hanya berkurang 11 persen dari produk biasa. Lumayan, sih, namun akan lebih baik bila Anda juga mengkonsumsi produk yang berlemak sehat atau segelas yogurt, karena akan membuat perut terasa kenyang lebih lama.
Untuk itu, sebelum menentukan produk untuk mendukung diet Anda sebaiknya ketahui fakta-fakta di balik produk tersebut.

Yogurt rendah lemak
Untuk membuat yogurt non-fat terasa nikmat, produsen biasanya akan menambahkan kandungan karbohidrat di dalamnya lebih banyak daripada yogurt, melalui proses pembekuan makanan.

Minuman diet bersoda
Rasa manis yang terasa dalam minuman diet bersoda biasanya mengandung pemanis buatan yang tidak mengandung kalori. Itu sebabnya, terkadang kita merasa lapar setelah minum soda diet.

Mayonnaise, fat-free cake, dan mentega rendah lemak
Produk-produk ini umumnya mengandung transfat. Lemak tersebut berbentuk cair (contohnya minyak sayur). Meski kandungan lemaknya nol sekali pun, tetap saja ada, namun dalam jumlah yang jauh lebih kecil.

Kenali lebih jauh gula diet
Coba perhatikan komposisi bahan pada bungkus-bungkus makanan jadi di sekitar kita. Terutama yang berlabel kata-kata “bebas gula“ atau “diet”. Apa yang Anda lihat di sana? Aspartame. Aspartame adalah bahan pemanis rendah kalori pengganti gula biasa (sukrosa). Aspartame memang dikenal sebagai gula diet. Tak mengherankan, perempuan yang sedang menjalani program mengurangi berat badan kerap membawa gula diet kemasan sachet ini ke mana-mana.

Buat sebagian orang, mengkonsumsi gula diet merupakan salah satu cara menjaga agar badan tetap sehat dan langsing. Bahkan, penggunaan gula jenis ini “disarankan” bagi mereka yang mengidap penyakit diabetes.

Namun, aspartame bisa menimbulkan efek negatif bila dikonsumsi dalam jumlah berlebihan. Beberapa efek negatif itu, misalnya, memicu gangguan jaringan otak manusia, menimbulkan sakit kepala, kejang-kejang, mati persendian, mual-mual, kejang otot, hingga akibat paling tragis: kematian. Aspartame juga berpeluang menimbulkan kerusakan ginjal. Pasalnya, aspartame adalah kombinasi dari dua asam amino; asam aspartat dan fenilalanin. Seperti protein pada umumnya, asam-asam amino tersebut harus mengalami metabolisme di dalam tubuh.

Penguraian protein itu merupakan tugas ginjal. Apabila terlalu banyak dan terlalu sering mengkonsumsi aspartame, ginjal akan kelelahan dan mengalami kerusakan, sehingga timbul penyakit ginjal. Padahal, ginjal berfungsi menyaring semua zat-zat yang berbahaya bagi tubuh.  Jika ginjal rusak, kinerja tubuh akan berkurang, sehingga tubuh akan semakin mudah terserang penyakit.

Meksi begitu, para ahli kesehatan sepakat bahwa aspartame tidak berbahaya apabila dikonsumsi dalam takaran yang pas. Dosis yang aman adalah 40 miligram (mg) per kilogram (kg) berat badan. Contohnya, seseorang berbobot tubuh 50 kg hanya boleh menenggak aspartame maksimum 2.000 mg (2 gr) sekali asup.


(Fatima Roeslan)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com