Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cuci Tangan Aja Kok Sulit?

Kompas.com - 20/10/2009, 18:22 WIB

KOMPAS. com - Sejak buah hatinya lahir dua tahun lalu, Panji Pragiwaksono (30) punya kebiasaan baru. Setiap kali masuk rumah ia tak lupa mencuci tangan. "Setelah punya anak, saya tak mau membawa penyakit ke rumah. Cuci tangan pakai air dan sabun sebelum masuk rumah itu wajib sifatnya," kata pria yang berprofesi sebagai penyiar, penyanyi, serta presenter ini.

Tentu Anda tak perlu menunggu punya anak untuk memiliki gaya hidup yang higienis. Perilaku hidup bersih dan sehat hendaknya menjadi budaya karena  menurut situs Centers for Disease Control, empat dari lima penyakit atau gangguan kesehatan disebarkan melalui sentuhan (tangan). Berangkat dari hal tersebut, salah satu cara yang paling efektif untuk memutus rantai penyebaran kuman adalah dengan mencuci tangan.

Berbagai survei menemukan bahwa kebiasaan mencuci tangan pakai sabun masih rendah di Indonesia. Banyak faktor yang memengaruhi hal tersebut, seperti sosial budaya, cara pandang terhadap kebersihan, dan kondisi ekonomi.

Menteri Pemberdayaan Perempuan, Meutia Hatta Swasono, dalam suatu kesempatan mengatakan kebiasan mencuci tangan adalah persoalan budaya. "Masalahnya bukan karena tak ada air, tapi karena kita malas menggunakannya. Karena itu mindset dan psikologis masyarakat harus diubah," paparnya.

Karena cuci tangan belum menjadi kebiasaan, tak sedikit ongkos ekonomi yang dikeluarkan negara. Menurut laporan Bank Dunia tahun 2008, beban ongkos yang terbuang akibat sanitasi buruk di Indonesia adalah enam miliar dolar Amerika setiap tahun. Setiap tahun kita juga memikul 120 juta kejadian sakit ditambah 50.000 kematian prematur.

Masih banyak orang yang belum mengetahui peta masalah kesehatan kita. Angka kematian bayi di Indonesia masih tinggi. Jauh lebih tinggi dari Sri Lanka, Thailand, juga Vietnam. Demikian juga dengan angka kematian ibu, penyakit infeksi, dan kekurangan gizi. Menurut pakar kesehatan dr.Handrawan Nadesul, penyebabnya adalah sanitasi yang buruk, perilaku tidak sehat, selain tingkat pendidikan rendah dan kemiskinan.

Padahal, dengan memiliki kebiasaan hidup bersih, kita bisa menurunkan angka kematian bayi sampai dengan 44 persen. Penelitian juga menunjukkan cuci tanga lebih efektif untuk menahan serangan virus ISPA dan pandemi flu, termasuk virus H1N1. Betapa sederhananya, dan mudah juga. Karena sederhana itu pula banyak orang yang menganggap remeh kegiatan yang punya manfaat luar biasa ini.

Jadi Budaya
Kalau mau ditilik lebih dalam, sebenarnya mencuci tangan sudah jadi kebiasaan para nenek moyang. Perhatikan saat Anda berada di restoran Padang atau Sunda. Sebelum makanan datang kita akan disuguhi wadah atau kobokan untuk mencuci tangan. Lucunya, kebanyakan orang justru mencuci tangannya setelah selesai makan.

"Kita hanya mencuci tangan kalau melihat tangan kotor. Padahal, tangan yang bersih bukan berarti bebas dari kuman, kan?," kata Panji. Makanan yang sudah disentuh dengan tangan kotor juga bisa jadi media penularan penyakit.
 
Dipaparkan oleh Handrawan, perilaku mencuci tangan harus dibentuk. Karena itu harus dibiasakan sedini mungkin. "Bila tak dibiasakan, sulit mengubahnya setelah dewasa," katanya.

Pada peringatan Hari Cuci Tangan Sedunia 15 Oktober yang dirayakan secara global, pemerintah bersama dengan berbagai pihak swasta melakukan aksi cuci tangan pakai sabun secara serentak dengan melibatkan murid-murid sekolah di berbagai kota di Indonesia.

Anak-anak merupakan elemen masyarakat yang paling energik, antusias, dan terbuka pada ide-ide baru. Anak-anak juga menjadi agen perubahan yang efektif. Pengenalan air bersih, sanitasi, dan kebersihan di sekolah, termasuk cuci tangan dengan sabun, bisa menjadi pintu gerbang bagi anak-anak untuk memahami, dan kemudian membawa praktik kebersihan ini ke rumah dan lingkungannya.

Di rumah, orangtua bisa mulai mengajari balita untuk mencuci tangan dengan sabun setiap kali akan makan, sehabis makan, sehabis main, serta setelah buang air. Mencuci tangan juga harus meliputi seluruh jari-jari tangan. Agar anak bersemangat, orangtua bisa meletakkan sabun dalam wadah yang lucu atau mimilih sabun dengan aroma tertentu. Selain tentu saja orangtua memberi contoh perilaku hidup bersih.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com