Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Darah Kental Penyebab Keguguran Berulang

Kompas.com - 28/10/2009, 11:18 WIB

KOMPAS.com — Keguguran berulang bisa menimbulkan perasaan sedih berkepanjangan. Bahkan, calon ibu juga kerap dihinggapi rasa bersalah karena merasa tak mampu mempertahankan kehamilannya.

Seorang wanita dapat didefinisikan mengalami keguguran berulang bila mengalami keguguran sebanyak tiga kali atau lebih secara berturut-turut pada usia kehamilan kurang dari 24 minggu. Secara epidemiologi, angka kejadian keguguran berulang mencapai satu hingga dua persen dari populasi.

Menurut dr Kanadi Sumapraja, SpOG, MSc dari Departemen Obstetri dan Ginekologi FKUI RSCM, keguguran berulang terjadi bukan karena kebetulan. "Terdapat suatu kelainan yang spesifik pada kasus keguguran berulang," katanya.

Keguguran yang terjadi pada fase janin awal dan lanjut (terjadi di usia kehamilan 12-24 minggu) banyak dikaitkan dengan kelainan sindrom antifosfolipid dan trombofilia. Ini adalah keadaan saat darah mengalami pembekuan secara berlebihan dan menyebabkan gangguan aliran pada pembuluh darah.

Diperkirakan, sebanyak 7-25 persen penderita keguguran berulang mengalami sindrom darah kental. "Bekuan darah akan menutupi saluran darah ke plasenta yang memberi makanan ke janin. Hal ini akan mengancam sirkulasi nutrisi dan oksigen ke janin," kata dokter Kanadi.

Menurut Kanadi, perubahan fisiologis saat kehamilan sendiri akan mengakibatkan sedikit peningkatan kekentalan darah. Namun, sindrom darah kental juga bisa terjadi karena genetis (keturunan), stres tinggi, merokok, dan karena ada reaksi autoimun. Untuk mengetahui kemungkinan "bakat" kekentalan darah, kita bisa menjalani tes kekentalan darah.

Untuk mengatasi kondisi darah kental, biasanya dokter akan memberikan heparin (anti-bekuan darah) pada ibu hamil. Suntikan heparin ini harus dilakukan setiap hari untuk menekan aktivitas keping-keping darah dan trombosit.

"Heparin bisa diberikan sesegera mungkin, terutama bila ada riwayat kematian janin saat kehamilan trisemester akhir," kata dokter yang sehari-harinya berpraktik di Klinik Yasmin, RSCM Jakarta, ini.

Selain sebagai pengencer darah, penelitian menunjukkan bahwa heparin juga memiliki efek menghambat pengikatan antibodi antifosfolipid, memicu terjadinya anti radang, dan memfasilitasi proses implantasi plasenta. "Penelitian membuktikan kombinasi heparin dan aspirin memberi hasil cukup baik. Sebanyak 84 persen bayi lahir hidup," kata Kanadi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com