Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

66% Perempuan Jadi Pihak yang Menggugat Cerai

Kompas.com - 14/01/2010, 18:23 WIB

KOMPAS.com - Tips-tips yang kita temukan dalam banyak artikel selalu memaparkan bagaimana cara membuat agar si dia melamar Anda, atau bagaimana agar suami betah di rumah. Artinya, perempuan tampak dipandang sebagai pihak yang selalu mendesak ingin segera menikah dan membentuk keluarga yang mapan.

Maka, cukup mengejutkan ketika data statistik AARP (American Association of Retired Persons) menyebutkan bahwa 66 persen perempuan menjadi pihak yang berinisiatif untuk bercerai (sebanyak 41 persen pria menjadi inisiatornya), dan mereka mengaku hidup lebih bahagia setelahnya. Alasan utamanya berakar pada persoalan identitas diri.

Sebuah studi tentang kesehatan perempuan sepanjang pernikahan juga membuktikan mereka yang depresi dengan pernikahannya beresiko mengidap sejumlah penyakit seperti hipertensi, obesitas, gula darah tinggi, kolesterol, dan mengalami sindrom metabolisme tubuh. Sedangkan pada laki-laki tidak ditemukan gejala yang sama.

Penyebab perceraian

Melihat bahwa perempuan selalu memberikan usaha luar biasa untuk membuat pria mengatakan, "Maukah kau menikah denganku?", menjadi sangat ironis ketika survei tersebut justru menunjukkan kebalikan cerita: perempuan lebih sering menuntut cerai daripada laki-laki.

Faktor utama perceraian yang diprakarsai perempuan adalah salah memilih pasangan hidup.

Secara historis, pernikahan bagi kaum lelaki adalah memberikan tanggung jawab finansial keluarga, sedangkan bagi perempuan untuk mengurus kebutuhan rumah tangga atau domestik.

Pernikahan menjadi satu dunia baru yang menyita perhatian perempuan. Bahkan ketika memutuskan menikah pun, perempuan lebih sibuk memikirkan "hari pernikahan" daripada makna pernikahan itu sendiri. Begitu pesta usai, paket bulan madu terindah berakhir, maka dimulailah kehidupan nyata perkawinan.

Perempuan yang memilih menjadi ibu rumah tangga, lambat laun akan merasa telah mengorbankan mimpi dan identitasnya demi keluarga. Sementara laki-laki akan terus tumbuh sebagai manusia dengan kesibukannya di ruang publik.

Perempuan yang bertahan dengan karir kemudian akan menjalani peran ganda. Sebagai wanita karir yang berjuang untuk menguatkan identitas dirinya, juga sebagai ibu rumah tangga yang harus memastikan rumah tangganya berjalan lancar. Sementara sebagian suami bisa memilih bersantai di depan televisi begitu pulang kerja.

Pada saat itulah, wanita merasa tak lagi menjadi pribadi yang utuh. Pernikahan dengan segala rutinitasnya membuatnya kehilangan identitas, mimpi-mimpi, dan tujuan hidupnya. Maka perempuan pun menggugat cerai, dengan niat untuk kembali mengumpulkan identitas dirinya. Sebanyak 43 persen perempuan mampu bangkit kembali dari perceraian tersebut.

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com