Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ginekolog: "G-Spot" Itu Nyata Adanya!

Kompas.com - 17/02/2010, 10:15 WIB

LONDON, KOMPAS.com — Kontroversi mengenai eksistensi G-spot ternyata terus bergulir. Para ahli dari Perancis membantah apa yang diklaim ilmuwan Inggris belum lama ini, yang menyatakan bahwa titik paling erotis pada organ perempuan tak pernah ada.

Hanya selang beberapa pekan setelah periset dari King's College London mengdeklarasikan bahwa G-spot itu mitos belaka, sekelompok ahli ginekologi (kesehatan reproduksi wanita) dari Perancis melancarkan serangan balik terhadap apa yang mereka sebut sebagai pendekatan "totaliter" pada seksualitas perempuan.

Seperti dilaporkan surat kabar The Times, Sylvain Mimoun, ginekolog terkemuka Perancis, menegaskan bahwa G-spot itu nyata adanya bagi sebagian besar wanita, yakni mencapai sekitar 60 persen.

"Riset para ahli Inggris itu keliru dalam mengarahkan perhatiannya," ujar Mimoun saat berbicara dalam konferensi "G-Day" di Paris.

Pernyataan itu diamini oleh Pierre Foldes, salah seorang ahli bedah terkemuka Perancis. "Riset yang dilakukan peneliti di The King's College menunjukkan kurangnya respek terhadap apa yang diungkapkan para wanita. Kesimpulannya benar-benar keliru karena mereka berpatokan pada observasi genetika. Sudah jelas bahwa dalam seksualitas perempuan itu ada keragaman. Itu tidak dapat dipersempit menjadi  'ya' atau 'tidak' atau menjadi on atau off," ujar Foldes.

Ilmuwan dari King College Inggris melalui studi yang dimuat Journal of Sexual Medicine mengklaim G-spot tidak dapat dipastikan. Dalam studi itu, sebanyak 1.804 wanita berusia  23 dan 83 tahun dilibatkan untuk mengisi kuisioner. Semua wanita tersebut adalah pasangan kembar identik dan non-identik.

Jika G-spot memang nyata adanya, diharapkan para kembar identik—yang memiliki gen sama—akan melaporkan adanya titik sensual ini. Namun, pada satu kasus sepasang kembar melaporkan G-spot, para peneliti tidak menemukan pola yang muncul kalau yang lain juga memilikinya. Faktanya, kembar identik cenderung tidak selalu sama-sama punya G-spot ketimbang para kembar non-identik.

Odile Buisson, seorang ginekolog Perancis, meyakini, G-spot adalah suatu realitas bagi setidaknya 56 persen perempuan dan efeknya dapat diteliti melalui alat pemindai.

Ia menilai, riset tentang G-spot ini menunjukkan adanya perbedaan budaya dalam perilaku terhadap seks. "Saya tidak bermaksud memberikan stigma, tetapi saya kira karakter Protestant, liberal, Anglo-Saxon membuat Anda menjadi sangat pragmatis.  Semuanya harus ada penyebab, suatu gen untuk apa pun. Saya kira ini totalitarian," tandasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com