Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Inilah Dokter Bedah Dunia dari Indonesia

Kompas.com - 25/02/2010, 15:58 WIB

KOMPAS.com — Sampai saat ini, Indonesia masih sangat kekurangan dokter ahli bedah. Dengan jumlah penduduk 240 juta jiwa, dokter ahli bedah yang dimiliki baru 120 orang atau rasionya 1 : 2 juta. Artinya, satu orang dokter bedah harus melayani 2 juta penduduk.

Dari jumlah yang sedikit itu, Prof dr Eka Julianta Wahyoepramono adalah salah satunya. Spesialisasinya pada ahli bedah syaraf (neurosurgeon), khususnya bedah batang otak, tentu saja membuat dr Eka Julianto makin menjadi orang dengan profesi yang langka di negeri ini.

Sebagai ahli bedah syaraf, nama dr Eka Julianta tak diragukan lagi. Reputasinya tidak hanya di tingkat nasional, tetapi sudah mendunia. Misalnya, dia adalah visiting professor di Harvard University Medical School. Prestasi ini sampai saat ini belum bisa disamai oleh dokter-dokter Indonesia lainnya.

Alasan seperti itulah yang membuat Pitan Daslani kemudian menuliskan biografi dr Eka Julianta. Pada Kamis (25/2/2010) siang, buku yang diberi judul Tinta Emas di Kanvas Dunia itu diluncurkan di Toko Buku Gramedia Matraman, Jakarta Timur.

Kenapa diberi judul "Tinta Emas"? Bukankah sebagai dokter bedah mestinya dr Eka biasa memegang pisau dan peralatan-peralatan bedah lainnya? Rupanya Pitan punya alasan sendiri. "Dokter Eka telah menorehkan tinta emas dalam sejarah kedokteran, ketika untuk pertama kalinya dokter Indonesia dijadikan sebagai referensi bagi dokter dan mahasiswa kedokteran di seluruh dunia," katanya.

Lebih dari itu, Pitan berharap agar buku biografi dr Eka itu dapat menjadi inspirasi bagi banyak orang. "Saya menginginkan agar orang bisa terinspirasi dan menjadikan sosok Dokter Eka sebagai panutan. Bahkan kalau perlu ada 1.000 orang lagi seperti Dokter Eka," lanjutnya.

Nah, bagaimana kisah dan perjuangan dr Eka, silakan baca buku yang sudah beredar di toko-toko buku Gramedia tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com