Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Usia di Atas 20, Bisakah Tinggi Bertambah?

Kompas.com - 10/04/2010, 08:55 WIB

KOMPAS.com — Tinggi badan bisa menjadi masalah serius dan sensitif, terutama bagi pria. Itu karena "tuntutan" masyarakat mengenai sosok pria ideal adalah tinggi tegap. Untuk mendapat tinggi badan ideal itu, diperlukan tiga hal yang saling terkait dan menunjang, yakni faktor genetik, nutrisi, dan aktivitas.

Willy mengeluhkan tinggi badannya yang hanya 155 cm. "Saya ini masuk kategori terpendek di antara teman-teman. Saya sering diejek 'Si Kate' atau semampai, alias semester tak sampai," ujar mahasiswa kedokteran ini.

Di usia 21 tahun, ia masih menyimpan sedikit asa untuk menambah tinggi badannya. "Saya tahu sudah terlambat, tapi saya ingin bertambah tinggi lima cm lagi," ucapnya. Mungkinkah?

Dijelaskan oleh Dr Andito Wibisono SpOt, ahli bedah tulang dari RS Bintaro, tinggi badan dipengaruhi gen. "Kalau orang memiliki gen tinggi yang bagus, pasti akan tinggi. Gen ini didapat dari keturunan. Contohnya, orang Afrika umumnya kurus tinggi karena bangsa mereka memiliki gen tinggi yang bagus," paparnya,

Dipengaruhi gen
Hasil penelitian terkini menemukan sebuah gen yang menentukan tinggi pendeknya seseorang, namanya HMGA2. Perubahan sebuah "huruf" dasar di kode genetik HMGA2, yakni C (Cytosine) akan berpengaruh.

Seseorang yang hanya mendapatkan C dari salah satu orangtua, lebih tinggi 0,5 cm dari yang hanya memiliki T (Thymin). Bila memiliki C ganda, akan lebih tinggi 1 cm dari yang memiliki T ganda. Tentu masih ada gen lain yang berkaitan dengan tinggi badan. HMGA2 hanya menjelaskan 0,3 persen dari keberagaman tinggi manusia.

Beberapa ahli menyatakan, semua orang masih berpeluang lebih tinggi jika memiliki kakek buyut dengan postur tinggi. Ini menjelaskan mengapa ada anak yang lebih tinggi ketimbang orangtuanya. Dalam kondisi ini ada semacam faktor keberuntungan. Jadi gen tinggi itu hanya "melangkahi" orangtua si anak, sedangkan si cucu mendapat warisan gen tinggi dari kakeknya.

Lempeng "epiphyseal"
Pusat pertumbuhan tinggi manusia, lanjut Dr Andito, berada pada lempeng epiphyseal plate yang terletak di ujung tiap tulang panjang. Epiphyseal plate ini ada sejak manusia lahir dan menutup alias berhenti bekerja saat usia 16 tahun (wanita) dan 18 (pria). "Maksimal usia 20-21 tahun. Jika lempeng ini sudah menutup, pertumbuhan tinggi turut berhenti," ujarnya.

Pertumbuhan tinggi seseorang bisa terganggu jika terjadi sesuatu pada lempeng epiphyseal. Cedera, trauma akibat kecelakaan, penyakit kanker tulang bisa merusak kerja lempengan ini.

Lempeng ini tidak bekerja sendirian. "Hormon pertumbuhan dan banyak hormon lain turut menentukan kinerjanya," katanya. Untuk menunjang kerja hormon-hormon ini diperlukan gizi yang cukup.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com