Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menunda BAB Menyebabkan Sembelit

Kompas.com - 17/06/2010, 23:16 WIB

KOMPAS.com - Perempuan muda usia 20 - 30 tahun lebih banyak menderita sembelit daripada kaum lelaki. Perempuan terkena konstipasi lebih sering karena ususnya tidak terlatih, salah satu penyebabnya (yang membedakan dengan lelaki), karena terbiasa menunda BAB.

Dr Ari Fahrial Syam, SpPD, KGEH, MMB, memaparkan, konstipasi disebabkan sejumlah faktor. Mulai genetik, masalah psikis, konsumsi serat seperti sayur dan buah-buahan yang kurang, minum air putih kurang dari delapan gelas sehari, kurang olahraga, hingga kebiasaan menunda BAB.

Kebiasaan menunda BAB cenderung terjadi pada perempuan, karena umumnya memilih toilet yang nyaman. Selain itu, faktor stres juga mempengaruhi masalah konstipasi pada perempuan. Pekerjaan multitasking yang identik dengan kehidupan perempuan menjadi penyebab stres yang mendorong sembelit.

Persoalan lainnya, menurut dr Ari, konsumsi serat di Indonesia juga masih rendah, yakni sekitar 12,5 gram per hari. Padahal kebutuhan serat yang harus dipenuhi setiap harinya sejumlah 25 gram.

Sembelit jangan dianggap masalah remeh, karena akan menimbulkan berbagai komplikasi. Mulai maag, kembung, wasir, kanker usus besar. Namun masalah sembelit bisa diatasi dengan mengonsumsi probiotik dan bisa didapatkan dari yogurt yang mengandung bifidobacterium animalis lactis DN-173 010. Jadi pilihlah makanan yogurt dengan kandungan bifidobacterium agar lebih optimal mengatasi sembelit.

Kebiasaan makan yogurt memang belum memasyarakat di Indonesia, karena dianggap makanan luar. Padahal, kata dr Ari, yogurt adalah makanan yang juga ditemukan di Indonesia sejak lama. Di Sumatera Barat dikenal sebagai dadih, susu yang diasamkan. Yogurt sendiri adalah makanan olahan dari susu segar melalui proses fermentasi.

"Konsumsi serat dan probiotik (yogurt) bisa mengatasi sembelit, namun harus juga dibarengi olahraga teratur. Lakukan olahraga yang simpel seperti berjalan kaki 30 menit setiap harinya, atau pilih naik tangga daripada eskalator atau lift di kantor misalnya," tegasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com