Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Keringet Buntet, Apa Penyebabnya?

Kompas.com - 22/09/2010, 09:17 WIB

KOMPAS.com - Keringet buntet alias biang keringat merupakan kelainan kulit yang disebabkan tersumbatnya kelenjar keringat. Karena ada istilah "tersumbat" inilah makanya orang awam kerap menyebut biang keringat sebagai keringet buntet. Bagian tubuh yang diserang adalah daerah kepala, punggung, dada, dan bahkan muka. Maklumlah, hampir semua anggota tubuh manusia mengandung kelenjar keringat, kecuali mulut.

Sejak manusia lahir, terang dr Ari Muhandari Ardhie, SpKK, spesialis kulit dan kelamin dari Klinik Kulit & Kelamin RSAB Harapan Kita, Jakarta, sudah memiliki kelenjar keringat dan jumlahnya tak akan berubah karena tak ada penambahan. "Hanya pada bayi fungsi kelenjar keringatnya belum berjalan sempurna sehingga bayilah yang lebih kerap mengalami sumbatan kelenjar keringat." Itulah mengapa, biang keringat lebih umum ditemukan pada bayi.

Baju dan ventilasi 
Tetapi, bukan berarti setiap bayi akan mengalami biang keringat, lo. Banyak juga, kok, bayi yang tak mengalaminya. Bukan lantaran bayi yang satu lebih rentan dengan biang keringat dibanding bayi lainnya, melainkan perawatan kulitnya. "Jika kulit bayi dirawat dengan baik, biang keringat juga tak akan terjadi, kok," ujar Ari.

Apalagi, tambahnya, biang keringat sebenarnya mudah dihindari. Misalnya, dengan memakaikan baju dari bahan yang menyerap keringat. Bahan katun bisa menjadi salah satu alternatif. Tapi modelnya jangan terlalu ketat, lho. Kalau modelnya ketat, meskipun bahannya katun, tetap saja akan mudah keringatan. Tapi kalau longgar, kan, lebih nyaman. Tentunya, ventilasi ruangan juga harus diperhatikan agar sirkulasi udaranya bagus.

"Nah, inilah prinsip-prinsip dasar mencegah dan mengobati tahap pertama biang keringat," tukas Ari. Jadi, Bu-Pak, bila si kecil mengalami biang keringat segeralah cari faktor pencetusnya, apakah karena pakaiannya yang tak tepat ataukah ventilasinya kurang. Bila keduanya sudah baik namun masih terjadi biang keringat, "bisa jadi karena kelalaian sang ibu atau pengasuhnya," tandas Ari. Misalnya, saat bayi berkeringat banyak dan bajunya basah tak langsung diganti bajunya dan dikeringkan badannya. Hal ini juga memicu terjadinya biang keringat, lho.

Bedak gatal
Biasanya para ibu akan memberi bedak tabur bayi di daerah yang terkena biang keringat. "Enggak apa-apa, kok, karena fungsi bedak, kan, untuk menyerap sisa kelembaban sehingga kulit jadi kering kembali," kata Ari. Juga, tak usah khawatir kulit si kecil akan bertambah kering dan bersisik dengan digunakannya bedak tabur. "Tanpa diberi bedak pun, pada dasarnya kulit dengan biang keringat sudah seperti bersisik kasar karena bentuknya yang bintil-bintil kecil berisi air.

Lagi pula, dalam waktu singkat juga akan dibuang bersama pengelupasan kulit karena letaknya sangat dangkal," terangnya. Bisa juga digunakan bedak khusus untuk mengatasi biang keringat yang dijual di pasaran, terutama bila biang keringatnya tetap membandel. "Bedak-bedak tersebut biasanya mengandung zat tambahan untuk mengurangi rasa gatal. Namun tak apa, karena prinsip pengobatan biang keringat hanya symptomatic  atau mengurangi gejalanya saja. Selain itu, tentunya para produsen pun sudah memperhitungkan bahan-bahan yang aman bagi bayi."

Adapun bahan tambahan yang biasanya digunakan untuk mengurangi rasa gatal biang keringat ialah calamine  dan mentol. "Kedua bahan ini aman untuk bayi," ujar Ari. Tapi tentu yang namanya individual cases  atau exceptional cases pasti ada. Misalnya, bayi A ternyata tak cocok pakai bedak biang keringat. "Mungkin ia rentan karena usia yang lebih muda. Bukankah usia muda memang lebih mudah mengalami iritasi?"

Nah, kalau sudah demikian berarti sudah menjadi tugas dokter. Serahkan juga pada dokter bila biang keringat akhirnya menjadi infeksi sekunder yang biasanya kerap terjadi pada biang keringat tipe dua"Karena gatal, maka anak-anak kerap menggaruknya sehingga terjadi infeksi sekunder. Bintil-bintil yang berwarna merah tersebut akan berisi nanah," tutur Ari. Biasanya dokter akan mempertimbangkan untuk memberikan obat antibiotik.

Hati-hati jamur 
Yang perlu diperhatikan, ujar Ari, jangan sampai orang tua keliru mengira biang keringat padahal sebenarnya jamur. "Ini sering terjadi, lho. Orang tua mengeluh, biang keringatnya, kok, enggak sembuh-sembuh. Sewaktu diperiksa baru ketahuan itu bukan biang keringat, melainkan jamur," tuturnya. Oleh karena itu, anjurnya, sebaiknya orang tua yang sudah mencoba obat-obatan biang keringat memperhatikan bentuk hasil uji cobanya. Apalagi, sering terjadi kulit bayi tetap tak membaik meskipun sudah dicoba berbagai obat gatal.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com