Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Waspadai Penyakit Jantung Bawaan

Kompas.com - 04/10/2010, 14:48 WIB

Kegembiraan karena lahirnya si buah hati tak berlangsung lama di rumah Ny. Dinda. Pasalnya, dokter menyatakan bahwa anaknya menderita Penyakit Jantung Bawaan (PJB). Ia tak kunjung mengerti, mengapa hal ini bisa terjadi pada anaknya?

Menurut dr. Najib Advani, Sp.AK, MMed.,Paed. , 1 diantara 125 bayi yang lahir hidup menderita PJB. "Penyakit ini tidak memandang tingkat sosial ekonomi atau ras. Tidak pandang bulu, risikonya sama."

Penyebab PJB paling banyak adalah multifaktoral. Penyebab multifaktoral bisa karena pengaruh dari ibu saat hamil. Misalnya waktu hamil ibu terkena infeksi rubella.

"Kalau ini terjadi pada trimester pertama kehamilan, maka kemungkinan bayi yang dikandung akan menderita PJB, disamping akibat lain rubella, seperti kebutaan," ujar dokter konsultan ahli jantung anak dari Bagian Kesehatan Anak FKUI-RSUPN Cipto Mangunkusumo, Jakarta.

Penyebab lain adalah ibu yang suka minum minuman beralkohol saat hamil, ibu yang menderita diabetes mellitus, atau ibu yang mengkonsumsi obat-obat tertentu saat hamil, seperti obat-obat hormon. "Misalnya pil KB tertentu. Si ibu mungkin tidak tahu ia sudah hamil dan terus saja minum obat KB. Nah, hal ini diduga akan menyebabkan anak menderita PJB." Kendati sulit diketahui penyebabnya, PJB dapat dideteksi sejak janin masih dalam kandungan berusia 18 minggu.

Biasanya pemeriksaan dilakukan dokter jantung anak dan terutama deteksi dilakukan untuk ibu yang cenderung anaknya menderita PJB. Misalnya, jika anak pertama menderita PJB, maka pada kehamilan kedua kemungkinan bayi juga menderita PJB. Atau jika ibunya diketahui terkena rubella waktu hamil.

Selain itu, ibu penderita PJB, maka kemungkinan anaknya terkena PJB akan lebih besar dibandingkan anak dari ibu yang tidak menderita PJB. "Kemungkinannya 3 persen atau satu di antara seratus. Ada juga jenis PJB yang kemungkinan diturunkan ke anaknya sekitar 10 persen."

Mudah lelah

Jenis PJB, menurut Najib, sangat beragam. Variasinya bisa lebih dari 20, dan masing-masing memberikan gejala yang berbeda. Paling sering ditemukan kasus terdapatnya celah atau lubang pada sekat antara bilik kiri dan kanan atau sekat antara serambi kiri dan serambi kanan jantung.

"Jika lubang atau celahnya kecil, kemungkinan akan menutup sendiri," jelas konsultan ahli rubrik Tanya Jawab Kesehatan Anak nakita ini. Untuk itu, terang Najib, anak penderita PJB akan dilihat perkembangannya. Bila membaik, sampai usia 2-3 tahun, mungkin tak perlu operasi. "Tapi bila celah terus membesar dan pertumbuhan fisik anak terganggu, maka mungkin sebelum satu tahun harus dioperasi."

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com