Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perlukah Vaksinasi Ulang?

Kompas.com - 10/10/2010, 03:51 WIB

Dr Samsuridjal Djauzi

Putri saya diterima di Fakultas Keperawatan. Saya pernah membaca di ruang konsultasi ini yang isinya menganjurkan agar dokter, dokter gigi, dan perawat sebelum kontak dengan pasien sudah mempunyai antibodi terhadap hepatitis B. Putri saya sudah pernah menjalani vaksinasi hepatitis B pada waktu SMP. Vaksinasinya tiga kali, dan dokter anaknya juga melakukan tes antibodi setelah tiga kali penyuntikan. Hasilnya, antibodinya tinggi sekali, mencapai hampir 1.000. Karena perawat perlu mempunyai antibodi hepatitis B, maka dia saya anjurkan periksa di laboratorium, ternyata antibodinya tinggal 100 saja. Mungkin menurun setelah pemeriksaan sekitar empat tahun yang lalu.

Apakah putri saya perlu menjalani vaksinasi hepatitis B kembali. Apakah penyuntikan perlu tiga kali seperti dulu agar antibodinya tinggi lagi. Selain itu, saya juga ingin menanyakan siapa saja yang perlu divaksinasi hepatitis B selain petugas kesehatan? Apakah sekarang juga sudah tersedia vaksin hepa- titis C?

Saya juga pernah membaca bahwa risiko hepatitis virus menjadi kronik lebih besar pada hepatitis C dibandingkan dengan hepatitis B. Benarkah begitu? Hal ini saya tanyakan karena saya punya teman sekantor yang menderita kanker hati, dan menurut dokter kanker tersebut disebabkan karena penyakit hepatitis B yang kronik. Tampaknya, sampai sekarang dia hanya minum obat penghilang sakit, belum ada obat penyembuh untuk kanker hati. Badannya menjadi amat kurus, perutnya buncit, dan keadaannya sudah amat lemah. Apakah istri dan anak-anak teman saya juga perlu divaksin hepatitis B?(M di B)

Jawaban

Petugas kesehatan terutama perawatan dalam pekerjaan sehari-harinya kontak erat dengan pasien serta kontak tersebut cukup lama. Dokter yang merawat pasien kontak dengan pasiennya mungkin di kamar operasi, di kamar bersalin, atau di ruang perawatan. Namun, kontak antara dokter dan pasien biasanya tak lama. Dalam melakukan asuhan keperawatan, perawatlah yang paling erat dan lama kontak dengan pasien. Karena itu, perawat harus melindungi diri dari penularan penyakit dari pasiennya, termasuk penyakit hepatitis B.

Risiko petugas kesehatan tertular hepatitis B jauh lebih besar daripada bukan petugas kesehatan. Karena itu, badan kesehatan sedunia, WHO, menganjurkan semua petugas kesehatan telah mempunyai kekebalan (antibodi terhadap hepatitis B) sebelum kontak dengan pasien. Karena pada umumnya sekarang baik di Fakultas Kedokteran, Kedokteran Gigi, maupun Fakultas Keperawatan kontak dengan pasien dimulai sejak awal pendidikan, maka sebaiknyalah mereka yang diterima dalam pendidikan telah divaksinasi atau punya kekebalan tubuh secara alamiah.

Seperti diketahui orang dapat punya kekebalan terhadap hepatitis B selain melalui vaksinasi juga dapat karena terpajan virus hepatitis B dan badannya membentuk antibodi yang mempunyai manfaat proteksi. Dulu setelah vaksinasi yang berhasil membentuk antibodi yang tinggi, setiap 5 tahun diperiksa kembali titer antibodi. Jika titer mulai rendah, dilakukan vaksinasi ulang satu kali saja. Namun, sekarang menurut para pakar penyakit hati jika setelah vaksinasi dinyatakan responder (berhasil membentuk antibodi yang kadarnya mencukupi) tidak diperlukan lagi ulangan vaksinasi. Jadi meskipun sekarang titer antibodi putri Anda hanya 100 I.U tak perlu dilakukan vaksinasi hepatitis B ulang.

Vaksin hepatitis C

Vaksin hepatitis C memang sudah lama dinantikan karena selain hepatitis B, hepatitis C pun dapat menjadi kronik. Bahkan, risiko hepatitis C menjadi kronik jauh lebih besar daripada hepatitis B. Kanker hati di Indonesia memang sebagian besar berkaitan dengan hepatitis B dan hepatitis C. Kanker hati dapat terjadi sebagai perjalanan hepatitis B kronik.

Sampai saat ini terapi kanker hati memang belum memuaskan. Mereka yang berisiko tertular hepatitis C dari anggota keluarga dianjurkan untuk menjalani vaksinasi hepatitis B apabila belum punya kekebalan terhadap hepatitis B. Virus hepatitis B dapat menular secara vertikal (dari ibu hamil ke bayinya) dan secara horizontal (dari orang ke orang lain), misalnya sesama murid sekolah.

Penularan virus hepatitis B terjadi melalui cairan tubuh. Pemerintah dalam beberapa tahun terakhir ini telah memasukkan vaksin hepatitis B ke dalam program vaksinasi anak. Artinya, semua anak Indonesia diharapkan dapat memperoleh vaksinasi hepatitis B. Namun, bagi anak atau orang dewasa yang tak termasuk program ini hendaknya secara aktif memeriksakan diri apakah mereka sudah mempunyai kekebalan, dan jika belum dianjurkan untuk menjalani vaksinasi hepatitis B.

Negara kita luas dan penduduknya banyak, karena itu diperlukan tenaga kesehatan yang mencukupi untuk meningkatkan taraf kesehatan masyarakat. Menurut data Kementerian Kesehatan, sekitar 20 persen puskesmas kita belum mempunyai tenaga dokter. Penyebaran tenaga dokter, dokter gigi, dan perawat di negeri kita memang belumlah merata. Mudah-mudahan dengan semakin banyaknya tenaga kesehatan serta meningkatnya kepedulian terhadap kesehatan saudara-saudara kita di daerah terpencil, penyebaran tenaga kesehatan kita akan semakin merata.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com