Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jangan Anggap Enteng Nyeri Sendi

Kompas.com - 11/10/2010, 14:31 WIB

Kompas.com - Timbulnya nyeri pada persendian kemungkinan disebabkan karena kegagalan mekanis atau peradangan oleh infeksi, penyakit atau sebab lain. Oleh karena itu, jangan pernah meremehkan keluhan nyeri sendi yang menimbulkan kekakuan gerak dan nyeri yang menyebar luas.

Secara umum nyeri sendi dibagi menjadi tiga jenis, yakni nyeri sendi saja yang gejalanya hanya rasa pegal-pegal, nyeri sendi non inflamasi, yakni ada nyeri sendi yang disertai gangguan gerak tapi tidak disertai peradangan yang nyata. Biasanya ini adalah nyeri sendi akibat pengapuran atau faktor usia.

Nyeri sendi yang ketiga dan perlu diwaspadai adalah nyeri sendi yang disertai peradangan nyata, yakni ada bengkak, rasa panas, dan kemerahan. Menurut penjelasan Prof. Dr.Harry Isbagjo, Sp.PD-KR, nyeri sendi tersebut merupakan gejala dari Artritis Reumatoid (AR).

"Berbeda dengan rematik biasa, artritis reumatoid bukan diakibatkan gangguan pada persendia. Ini adalah penyakit autoimun, di mana sistem imun salah mengenal dan menyerang jaringan tubuh yang normal. Mula-mula hanya bengkak, lama kelamaan anggota tubuh menjadi bengkok hingga akhirnya cacat," kata dr.Harry, dalam acara media edukasi Cakrawala Baru dalam Terapi Artritis Reumatoid yang diadakan oleh Roche Indonesia di Jakarta (11/10).

Peradangan yang terjadi pada penyakit AR menyebabkan distorsi pada sendi dan menurunkan fungsi, yang disertai rasa nyeri, kaku dan pembengkakan dan akhirnya mengarah pada kerusakan sendi yang tidak dapat diperbaiki dan kecacatan. "Banyak sekali pasien yang datang dengan kondisi penyakit sudah parah, sehingga kebanyakan duduk di kursi roda, dipapah atau memakai tongkat," katanya.

Ia menyarankan agar setiap keluhan nyeri sendi ditanggapi serius. "Nyeri sendi juga bisa disebabkan oleh penyakit di luar rematik, seperti penyakit leukimia atau lupus. Segera berobat ke dokter jika nyeri sendi sudah berlangsung terus menerus selama 6 minggu karena itu bisa jadi gejala AR," kata dokter yang pernah menjabat sebagai Ketua Umum Ikatan Reumatologi Indonesia ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com