Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pendidikan Pancasila Terabaikan

Kompas.com - 11/10/2010, 15:23 WIB

YOGYAKARTA, KOMPAS - Pendidikan Pancasila cenderung terabaikan. Pengabaian tidak terjadi begitu saja, tetapi sistematis melalui peraturan dan perundangan, seperti penghilangan Pendidikan Pancasila pada Undang- Undang Sistem Pendidikan Nasional.

Pemisahan hidup bermasyarakat dari falsafah Pancasila juga terjadi seiring ketiadaan teladan dan sikap pejabat dalam berbagai dimensi kehidupan. "Guru harus menjadi ujung tombak Pendidikan Pancasila di kalangan generasi muda," ujar Ketua Dewan Pendidikan DIY Wuryadi, Sabtu lalu.

Keprihatinan terkait Pendidikan Pancasila mengemuka pada forum dialog guru Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) tingkat SMA/SMK bertajuk "Dari Guru untuk Moral Bangsa". Acara digelar Lembaga Swadaya Masyarakat Found Indonesia bekerja sama dengan Direktorat Jenderal Kesatuan Bangsa Kementerian Dalam Negeri, Sabtu.

Menurut Guru PKn SMAN II Wates Vipti Retna N, selama tiga tahun belajar di SMA, siswa hanya memperoleh enam jam Pendidikan Pancasila saat di kelas 12. Pendidikan Pancasila sebagai ideologi terbuka itu menjadi bagian mata pelajaran PKn. Minimnya Pendidikan Pancasila berdampak pada hilangnya kebanggaan sebagai bangsa dan tergerusnya tata krama.

Guru dengan kesadaran sejarah peran dan pentingnya Pancasila akan menjadi jembatan masa lalu, kini, dan nanti. Untuk itu, guru butuh pemahaman orisinil tentang Pancasila. Sebagai guru, ujar Vipti, mereka memang tidak bisa memprotes UU Sisdiknas. Namun, guru harus kreatif menyelipkan Pendidikan Pancasila sejak dini. "Dari Pancasila, kita juga belajar pedoman tingkah laku," kata Vipti.

Kesadaran, kemauan, dan perbuatan berbangsa itu tak dapat dilakukan hanya lewat pendidikan formal di sekolah. Perlu dilakukan dalam pergaulan luas. Kesadaran berbangsa akan terjadi alami lewat berbagai pengalaman langsung bermasyarakat berbekal nilai budaya di keluarga.

Penyimpangan

Realitas rendahnya pemahaman terhadap Pancasila diyakini faktor utama berbagai penyimpangan. Wuryadi mengatakan, guru harus melihat bahwa esensi Pendidikan Pancasila di sekolah tidak dapat lepas dari dimensi sejarah perjuangan bangsa dan ilmu lain untuk memberikan rasa percaya diri sebagai bangsa.

Dosen dan peneliti Pancasila UGM, Heri Santosa, mengatakan, metode pendidikan yang sebaiknya dikembangkan adalah pendidikan yang terkait kebudayaan. Itu perlu di tengah potret Indonesia kini yang krisis nasionalisme dan karakter bangsa. "Perlu gerakan bersama mencari solusi atas krisis dengan revitalisasi Pancasila," ujarnya. (WKM)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com