Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Donor Transplantasi Organ

Kompas.com - 18/10/2010, 06:50 WIB

Dok, sebenarnya sejak saya masih kuliah S-1 kadang saya bertanya-tanya sendiri: organ apa saja yang dapat disumbangkan oleh orang yang meninggal kepada orang lain. Saya berpikir-pikir, apabila banyak orang bersedia menyumbangkan organ, mungkin banyak sesama manusia yang dapat tertolong dari keterbatasan fisiknya. Yang saya tahu, mata dapat disumbangkan, lalu apa lagi? Sejauh mana praktik ini telah dilakukan di negara-negara yang lebih maju daripada Indonesia; teknologi kedokterannya? Sejauh mana pula telah dilakukan di Indonesia?

Bagaimanakah aturan penyumbangan organ-organ itu, dari sisi hukum formal-nasional dan dari sisi pengetahuan biologis-kedokteran? Bagaimana penjelasannya dari sisi hukum agama? Misalnya, dari sisi medis: bagaimana memastikan kecocokan organ sang penyumbang dengan pihak yang akan memperoleh organ, serta prosedur/ketentuan yang memastikan penerimaan/kecocokan yang maksimal?

Dari mekanisme kelembagaan, bagaimana prosedur yang harus dijalani, misalnya sang individu yang mau menyumbang itu harus menghubungi siapa dan melakukan langkah apa saja, untuk memastikan bahwa jika ia nanti meninggal, organ-organnya dapat disumbangkan segera, tidak terlambat untuk dimanfaatkan?

(KP di J)

Jawaban

Layanan transplantasi organ (dikenal masyarakat sebagai cangkok organ) sudah lama dijalankan di dunia kedokteran, termasuk di Indonesia. Di Indonesia telah dijalankan cangkok kornea, cangkok ginjal, sumsum tulang, dan belakangan ini sudah dimulai cangkok hati.

Di luar negeri juga telah dilakukan transplantasi jantung, pankreas, dan juga organ tubuh lain. Terapi cangkok organ telah berhasil meningkatkan kualitas hidup penderita dan menyelamatkan pasien dari ancaman kematian. Penderita gagal ginjal terminal, misalnya, memerlukan hemodialisa yang terus-menerus. Jika dilakukan cangkok ginjal, kualitas hidupnya akan lebih baik.

Pada tahap permulaan memang diperlukan biaya yang cukup mahal untuk biaya persiapan, operasi, ataupun obat-obat untuk mencegah reaksi penolakan organ. Namun, jika dihitung jangka panjang sebenarnya terapi cangkok ginjal akan lebih murah daripada hemodialisa seumur hidup.

Cangkok kornea sudah populer di masyarakat. Cukup banyak anggota masyarakat yang mendaftar menjadi donor kornea. Namun, kebutuhan kornea di Indonesia cukup tinggi, karena itu kita masih mendatangkan kornea dari negara lain, misalnya Sri Lanka. Kampanye donor kornea telah dijalankan dan banyak tokoh panutan kita yang telah menyatakan diri menjadi donor kornea. Kornea yang dicangkokkan diambil dari penyumbang yang telah meninggal.

Cangkok ginjal di negeri kita telah dilakukan ratusan kali. Kemampuan untuk melakukan cangkok ginjal di negeri kita lebih kurang sama dengan yang dilakukan di luar negeri. Memang masalah yang kita hadapi adalah masalah donor yang kurang selain masalah biaya. Donor ginjal di negeri kita masih terbatas donor hidup, biasanya anggota keluarga bersedia menyumbangkan ginjalnya untuk keluarga yang membutuhkannya. Untuk itu perlu dilakukan beberapa pemeriksaan untuk menjamin ginjal tersebut dapat diterima resipien (penerima cangkok) serta juga menjamin tidak terjadi risiko penularan penyakit. Sekali lagi kita melakukan prosedur yang sudah disepakati secara internasional.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com