Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jalan Rusak Picu Kematian Ibu dan Bayi

Kompas.com - 18/10/2010, 13:28 WIB

BANDUNG, KOMPAS - Kualitas infrastruktur yang buruk di Kabupaten Bandung turut menaikkan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi di daerah tersebut. Kondisi itu seperti ditemui di Kampung Cibuluh, Desa Pulosari, Kecamatan Pangalengan.

Untuk menuju kampung yang dikelilingi Situ Cileunca tersebut, warga harus menyeberangi situ dengan menumpang perahu. Jam operasional perahu pun terbatas, yakni pukul 05.00-1700. Selepas itu, warga tidak bisa ke luar kampung.

Jalan alternatif lain untuk menuju Jalan Raya Pangalengan ialah melintasi jalan rusak parah sekitar 7 kilometer. Jalur itu berupa jalan makadam yang batu-batuannya masih kasar dan berukuran besar.

"Yang paling susah, kalau ada ibu hamil mau melahirkan di malam hari. Tidak ada jalan selain melintasi jalan rusak itu. Dalam kondisi itu, kandungan ibu rentan terguncang dan terjadi pendarahan di perjalanan menuju rumah sakit," kata Titin Kartini (42), kader Posyandu Kampung Cibuluh, Minggu (17/10).

Ibu hamil yang kandungannya sudah tua dan memilih persalinan dengan bantuan dokter atau bidan memang bakal kesulitan menempuh rute itu. Jalan lain ialah menyeberangi pematang situ yang lebarnya hanya 1 meter. Ibu yang tidak kuat berjalan harus ditandu untuk bisa sampai ke jalan raya.

"Rute melalui pematang situ memang lebih dekat, tetapi jauh lebih berisiko lantaran tanahnya becek dan sempit," kata Titin yang dalam dua tahun ini mencatat ada lebih dari lima bayi meninggal karena layanan persalinan yang buruk.

Jika beruntung, ibu hamil yang hendak melahirkan di siang hari bisa menumpang perahu. Namun, itu tidak menjamin bayi dan ibunya selamat sampai puskesmas atau rumah sakit. Jarak antara kampung dan fasilitas kesehatan terdekat, yakni puskesmas, sekitar 5 km.

Petugas terbatas

Buruknya infrastruktur memaksa ibu hamil memakai jasa paraji atau dukun beranak yang kemampuannya diragukan. Sejumlah kasus kematian bayi dan ibunya di kampung itu diakibatkan praktik persalinan yang tidak steril. Warga di sana sukar menjangkau fasilitas kesehatan karena jumlah petugas terbatas dan kondisi jalan rusak parah.

Tini Rosita (18), misalnya, kehilangan bayi pertamanya saat berusia 11 hari. Pusar bayinya membusuk karena paraji menggunakan pisau yang tidak steril. Setelah tiga tahun, Tini hamil lagi dan kejadian yang menimpa bayinya dulu dikhawatirkan terulang jika tidak ada perhatian dari pemerintah setempat.

"Kondisi ini menunjukkan lemahnya perhatian pemerintah terhadap kesejahteraan warganya. AKI mencapai 250.000 per 100.000 kelahiran hidup tidak bisa disepelekan. Ini adalah bencana kemanusiaan," kata Koordinator Sapa Institute Sri Mulyati. (REK)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com