Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ancaman Penyakit di Masa Menopause

Kompas.com - 17/11/2010, 11:21 WIB

Kompas.com — Tidak mudah menjadi tua, terutama bagi perempuan. Setelah menopause, ancaman berbagai penyakit muncul. Masalah-masalah kesehatan itu terutama berhubungan dengan penurunan kadar estrogen dalam tubuh.

Apa saja efek jangka panjang bagi kesehatan akibat menopause?

- Osteoporosis
Salah satu akibat jangka panjang menopause adalah hilangnya kepadatan tulang yang berkelanjutan dan pada akhirnya dapat mengakibatkan kepatahan atau keretakan pergelangan pinggul dan punggung.

Pria dan wanita akan mencapai puncak kepadatan tulang di usia 20-an tahun. Hilangnya kepadatan tulang yang berhubungan dengan umur dimulai sekitar usia 30-an. Oleh sebab itu, penting untuk melakukan tindakan sedini mungkin untuk menghindari terjadinya osteoporosis.

- Hipertensi
Wanita di usia menopause juga berisiko mengalami tekanan darah tinggi (hipertensi) yang bisa menyebabkan stroke dan serangan jantung apabila tidak diobati. Tekanan darah yang meningkat adalah salah satu faktor risiko yang paling penting terhadap penyakit jantung koroner dan stroke.

- Penyakit kardiovaskular
Semua perempuan, terutama setelah menopause, perlu mewaspadai dan mengenali gejala-gejala serangan jantung karena hormon estrogen berkurang. Hormon ini bersifat melindungi dan membuat pembuluh darah koroner lebih lebar dan mengurangi risiko penyakit jantung. Namun, saat hormon estrogen menurun, risiko terkena penyakit jantung meningkat dua hingga tiga kali lipat.

Menopause adalah saat kritis dalam kehidupan wanita yang mendekati usia paruh baya yang memerlukan penanganan tepat dan sesuai. Para dokter menganjurkan wanita menopause untuk mengubah gaya hidup mereka, seperti mengontrol berat badan, meningkatkan aktivitas fisik, serta menghindari stres.

Salah satu cara untuk mengatasi gejala-gejala menopause yang cukup efektif adalah terapi hormon estrogen yang bertujuan untuk menggantikan penurunan estrogen yang terjadi pada saat menopause. Meski demikian, tidak semua wanita bisa melakukan terapi sulih hormon ini, terutama mereka yang memiliki riwayat keluarga menderita kanker payudara, atau merokok.

Narasumber: Prof.dr.Ali Baziad, Sp.OG dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com