Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Inilah yang Bikin Pasien Jadi Stres

Kompas.com - 06/12/2010, 16:32 WIB

CHICAGO, KOMPAS.com - Ketidakpastian mengenai kemungkinan hasil diagnosis dapat menimbulkan kecemasan pada pasien, dan membuat mereka menjadi lebih tertekan dibanding bila sudah mengetahui mengidap penyakit serius.

Menurut hasil penelitian yang dipublikasikan pada pertemuan tahunan Radiology Society of North America, ketidakjelasan membuat pasien terkadang merasa sangat cemas, sehingga mereka tak mau menuntaskan prosedur skrining seperti scan MRI.

"Ketika memeroleh diagnosis, mereka bisa mengerti dan mengendalikan diri. Tapi tanpa itu, yang mereka peroleh hanya kecemasan, dan mereka tidak mengetahui cara menanganinya," ungkap Elvira Lang, peneliti dari Harvard Medical School di Boston.
 
Lang dan seorang rekannya mempelajari 214 perempuan yang menunggu giliran beragam jenis pemeriksaan seperti biopsi payudara, hepatic chemoembolization --pengobatan kanker seperti kanker hati -- dan pengobatan tumor uterine fibroid.

Menjelang pemeriksaan, semua responden diukur tingkat kecemasan dan stres mereka. Pasien biosi payudara memperlihatkan tingkat paling mencolok saat diukur tingkat kecemasannya dibandingkan jenis pemeriksaan lain.

"Kami sangat terkejut menyaksikan perempuan yang menjalani biopsi payudara memiliki kecemasan sangat mencolok dibanding perempuan yang menjalani pengobatan kanker ganas dan mereka yang datang untuk menjalani perawatan  fibroid," kata Lang.

"Tenaga kesehatan dan juga anggota keluarga mungkin menilai apa yang kecil atau besar melalui risikonya. Namun itu bukan itu yang dialami pasien," papar Lang

Lang menyatakan, hilangnya pendapatan dari prosedur pemeriksaan akibat pasien enggan menuntaskan skrining berdampak pada premi asuransi. Oleh karena itu,  penanganan kecemasan pasien juga menjadi penting artinya bagi lembaga perawatan kesehatan.

"Orang mau membuat pasien merasa lebih baik tapi mereka menggunakan bahasa yang malah tak membantu," kata Lang.

"Misalnya dengan mengatakan, ’Oh, itu takkan menjadi buruk’, atau ’itu cuma akan sengatan kecil saja’. Penggunaan kosakata seperti itu hanya akan meningkatkan kecemasan dan rasa sakit," katanya.

Lang menyarankan tenaga kesehatan yang terlibat dalam pemeriksaan diagnosis menghindari kata-kata dan saran negatif seperti "sakit" dalam penjelasan, dan mereka mesti menggunakan bahasa yang membuat pasien nyaman sehingga pada saat yang sama membantu pasien mengakui kekuatan mereka sendiri.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com