Bintang Anak TUHAN (BAT), sebuah judul yang banyak mengundang tanya. Kirana Kejora, berani menulis, berani bertanggung jawab atas semua tulisannya. Seperti novel sebelumnya, Elang, yang penuh spirit dengan api seninya, mencintai negeri karena dirasa Garuda telah lama mati. Novel BAT, buku ke 7-nya ini, juga masih begitu kuat menawarkan sebuah spirit secara penuh. Penulis independent ini konsisten dengan pilihannya. Menggugah, menggugat, mengubah keadaan bangsa yang makin tak jelas dan tak cerah ini dengan caranya. Berbuat nyata & ada.
Sarjana Cumlaude Perikanan dari Univ. Brawijaya ini memang beda dengan novelis perempuan lain. Yang ia tulis sangat realis dan berani bicara. Semua karya-karya selalu bicara drama humanis sosial budaya bangsa Indonesia. Nampak jelas dalam novel BAT, ia berpihak pada kebenaran yang ia dengar, lihat dan rasa selama ini. Sastra dan HIV baginya sama, sama-sama terpinggirkan dalam pemberitaan media. Kurang menarik untuk diburu dan ditulis beritanya.
Novelis yang tahun lalu diundang Dewan Bahasa Pustaka Malaysia sebagai pembicara di Seminar Wajah Kepengarangan Muslimah Nusantara itu menjadikan novel BAT sebagai sebuah paduan protesnya pada keadaan. Bangsa ini dianggapnya banyak dihuni pengeluh & pemalas. Tanpa daya arung memahami cobaan-cobaan hidup dariNYA. BAT bicara tentang kekuatan seorang gadis kecil, Bintang Maharani dengan ibunya, Hanum Pratiwi melawan penyakit yang mematikan. Mereka masuk laskar ODHA (Orang Dengan HIV AIDS). Virus yang menghuni dalam darah mereka begitu ganas, bahkan mematikan, namun virus hukuman, hujatan, caci maki sebagian masyarakat terhadap mereka, ganasnya melebihi virus HIV itu sendiri. Kirana mencoba mengubah paradigma miring, bahwa ODHA bukanlah momok mengerikan, mayat berjalan yang hak-hak hidupnya dihilangkan.
Bintang Anak TUHAN, sebuah novel inspiring, penuh energiNYA.Bintang Maharani, seorang gadis kecil yang sangat cerdas & memiliki daya imajinasi tinggi. Hari-hari sepi yang dilaluinya karena ia harus home schooling, diisinya sendiri dengan sosok-sosok imajiner. Boneka-boneka Barbie-nya dan kepompong atau kupu-kupu, dunia imaji yang ia cipta sendiri. Ia sering menulis surat kepada siapapun yang ia anggap ada, meski surat-surat itu tak pernah terkirim. Dan Buku Harian adalah teman terbaiknya ketika ia harus bicara, mengeluarkan semua imajinasi tingginya untuk mengusir, membunuh hari-hari senyap dan sepinya.
Kirana Kejora merasa besar karena dukungan banyak sahabat, para kejora yang didapatkannya di mana-mana selama dalam perjalanan, pengembaraan karyanya. Launching novel Bintang Anak TUHAN, yang bertempat di gedung sunyi Pusat Dokumentasi HB Jassin Taman Ismail Marzuki, 4 Desember 2010 pukul 15.00 WIB. didukung semua sahabat yang setia pada pilihan, sastra!
Monolog petikan Novel BAT oleh Cornelia Agatha, Tarian Puisi Novel BAT oleh Vicky Burki, Violis cilik Fakri & Nisa dengan lagu anak-anak yang sebenarnya (Kupu-Kupu Yang Lucu & Bintang Kejora), Musikalisasi Puisi oleh Jodhi Yudono, Musikalisasi Petikan Novel oleh Handoko FZ, Teatrikal Fiksi oleh Ferry Herlambang, Lakon Tembang Sastra oleh RM. Nurrochman Sudibyo & Dyah Setyowati, serta puisi para Awak Sastra Reboan dan Laskar Elang Bintang dari Sukabumi, Bogor, Jakarta, Bekasi, Depok, Tegal, & Jogjakarta.
Kiranya Kirana terus mengejar pijar bintangnya. Setelah launching yang begitu meriah dan megah dengan persembahan performa art dari para sahabat Kirana, pada 5 Desember 2010, pukul 15.00 WIB, novelis independent ini on air di acara Resensi Buku Pro @ FM RRI Jakarta. Dilanjut malamnya, tepat pada pukul 20.30 WIB. Kirana tampil dalam acara live Apa Kabar Indonesia TV ONE yang bertempat di City Walk Mall. Tampil juga dalam acara talkshow tsb. inspirator novel BAT, Cici, seorang perempuan positif HIV AIDS yang juga merupakan ketua IPPI, Ikatan Perempuan Positif Indonesia dan Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkugan Kementerian Kesehatan Prof Dr Candra Yoga Aditama.
Nampaknya, usaha Kirana Kejora untuk menggugah menggugat mengubah keadaan dg Sastra mulai menemui titik terang. Selamat!
Sekilas Kirana Kejora
Eagle fly free!
Terlahir di kota Ngawi, 2 Pebruari, single figther dari dua matahari titipan Tuhan, ”ELANG” Arga Lancana Yuananda (15) dan ”EIDELWEIS” Bunga Almira Yuananda (10). Mulai mencintai kertas dan pena sejak usia 9 tahun. Cinta pada puisi, prosa dan seni peran meski tak pernah ada dukungan formal sepanjang hayat.
Just ordinary people. Lulusan cumlaude Fakultas Perikanan Univ. Brawijaya yang dulu hanya jurnalis sebuah tabloid kecil di Surabaya, penulis lepas beberapa media cetak, dan kebetulan pernah menjadi Pemakalah, Pembicara pada Seminar Wajah Kepengarangan Muslimah Nusantara Di Malaysia pada tahun 2009. Merasa besar dan belajar di jalan, gunung, gurun, laut, dan langit yang terus dirunut bersama kawan, sahabat, dan saudara yang ditemukan di manapun.
Juga banyak belajar pada debu dan angin. Dan merasa wajib terus belajar, berujar, mengejar, setelah kebetulan lagi, bisa menulis 30-an Script Film TV, 5 Script Film Layar Lebar, 3 video klip solois Nena (script & director), video klip single ”Aku Selingkuh” by Ade Virguna (script & director) dan kolaborasi 8 puisi dalam album Selingkuh (independent album) dengan Ade Virguna (gitaris Jet Liar dan RriD), serta Alhamdulillah bisa menulis buku Kepak Elang Merangkai Eidelweis (Novelete & Antologi Puisi Tunggal), Selingkuh (Antologi Tunggal Cerpen & Puisi), Perempuan & Daun (Antologi Tunggal Cerpen & Puisi), berbagi puisi di buku Musibah Gempa Padang (Antologi Penyair Indonesia-Malaysia), Suara-Suara Hawa (Antologi Penyair Indonesia, Singapura, Brunei Darussalam), Elang (Novel), Bintang Anak TUHAN, serta proses riset Novel Sekuel Elang. (*)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.