Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menekan Gizi Buruk Melalui Posyandu

Kompas.com - 15/12/2010, 11:52 WIB

Kompas.com - Sejak dirintis tahun 1983, hingga saat ini Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) membawa manfaat penting bagi rakyat. Walau sempat "mati suri" di awal tahun 2000, namun kini pemerintah berusaha mengampanyekan posyandu sebagai ujung tombak deteksi dini kesehatan rakyat, khususnya anak-anak.

Di Ibu Kota, revitalisasi Posyandu dilakukan sejak awal tahun 2006. Sejak itu jumlah posyandu yang aktif terus meningkat. Saat ini terdapat 350.000 posyandu, meski yang berfungsi baru sekitar 40 persennya.

Namun, sejauh ini revitalisasi tampaknya masih menemui kendala menyangkut jumlah tenaga medis yang tersedia, fasilitas dan kualitas kader posyandu. Penelitian yang dilakukan Prof.Ali Khomsan, dari Institut Pertanian Bogor bekerja sama dengan Nestle Dancow Batita menemukan 80 persen ibu-ibu menganggap penyuluhan di posyandu lemah, baik dari sisi materi atau kualitas penyuluh.

Sebagian besar posyandu juga menempati lokasi seadanya. "Ada yang menggunakan tenda-tenda sederhana, menempati rumah pak lurah atau tempat lain dengan fasilitas terbatas," kata Prof.Ali dalam acara peluncuran program Ayo Ke Posyandu, TAT, di Jakarta (13/12).

Tri Komala, anggota kelompok kerja IV Tim Penggerak Pusat PKK mengatakan, para kader posyandu kebanyakan adalah para relawan yang bekerja sukarela tanpa bayaran. "Meski sukarela namun para kader ini harus menjalankan beberapa program, mulai dari imunisasi hingga pendidikan anak usia dini. Beban dan tanggung jawabnya besar," katanya dalam kesempatan yang sama.

Keberadaan posyandu, menurut Ali, merupakan garda terdepan untuk mencegah bayi gizi buruk dan gizi kurang. "Dengan menimbang anak secara teratur, status gizinya akan terpantau. Bila ada yang status gizinya di bawah, gizinya bisa dipulihkan melalui  pemberian makan tambahan. Makin sering anak dibawa ke posyandu, makin besar peluangnya untuk berstatus gizi baik," papar dosen di fakultas ekologi manusia, Departemen Gizi Masyarakat IPB ini.

Ia mengatakan, masa tiga tahun pertama kehidupan bayi adalah masa paling penting dalam pertumbuhannya. Sel otak anak sampai usia 3 tahun akan berkembang baik jika mendapat asupan gizi yang baik. Jika anak mengalami gizi buruk di bawah usia 2 tahun, perkembangan kecerdasannya akan terganggu.

Edukasi para kader

Untuk meningkatkan fungsi posyandu, Nestle Dancow Batita melakukan program Ayo Ke Posyandu, Tumbuh, Aktif, Tanggap, (TAT) sejak tahun 2008. Menurut Rully Gumillar, consumer marketing manager Nestle Dancow, sampai saat ini program tersebut telah menjangkau lebih dari 10.000 kader posyandu di lebih dari 2.000 posyandu di 14 provinsi.

"Kami memberikan edukasi dan pelatihan kepada kader posyandu yang kemudian memberikan penyuluhan dan bantuan kepada para ibu untuk menggunakan 3 tanda TAT guna memantau tumbuh kembang bayinya yang berusia 1-3 tahun," kata Rully.

Selain penyuluhan mengenai pengetahuan nutrisi dasar, kader posyandu juga diberikan pengetahuan mengenai pentingnya stimulasi batita melalui permainan. "Hasil penelitian kami menemukan kesadaran para ibu untuk memberikan stimulus berupa alat permainan kepada anaknya masih kurang. Sekitar 90 persen responden mengatakan mereka jarang memberi mainan," katanya.

Mayke S.Tedjasaputra, psikolog anak, mengungkapkan, selain asupan gizi yang seimbang, anak juga membutuhkan stimulasi yang tepat. "Permainan dan alat-alat mainan juga penting untuk membuat anak tumbuh aktif dan tanggap," katanya.

Interaksi orangtua dengan anak melalui kegiatan bermain, papar Mayke, akan merangsang pola pikir anak dan juga melatih kecerdasan emosi  mereka. "Bermain itu sama pentingnya dengan pendidikan itu sendiri," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com