Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Stres, Penyebab Gangguan Tidur Berjalan

Kompas.com - 15/12/2010, 14:15 WIB

KOMPAS.com — Tidur berjalan yang dalam istilah medis disebut somnambulisme atau sleep walking adalah suatu kelainan/gangguan tidur yang biasanya terjadi pada anak-anak.

"Bisa terjadi pada anak perempuan atau lelaki berkisar usia 6 sampai 10 tahun, tetapi tak tertutup kemungkinan terjadi pada anak balita," ujar Dra Hj Iesye Widodo-Bone, psikolog dari RSAB Harapan Kita, Jakarta. Kecuali itu, bisa juga dialami orang dewasa. "Dianggap normal bila terjadi hanya sesekali pada anak-anak," ujar Iesye.

Tetapi, bila kejadiannya berulang, perlu dilakukan tindakan medis lebih serius. Sebab, menurut dr Irawan Mangunatmadja, SpA, gangguan tidur bisa mengindikasikan kemungkinan anak menderita epilepsi. Untuk menentukan apakah gangguan tidur murni atau epilepsi, para ahli saraf biasanya melakukan pemeriksaan electroencephalography (EEG).

Sayangnya, tutur Irawan, di sini belum ada fasilitas EEG khusus untuk pemeriksaan gangguan tidur. "Karena, kan, jarang sekali terjadi pasien dengan keluhan somnambulisme. Sementara di luar negeri karena pasiennya banyak, sudah ada alat EEG khusus yang mempelajarinya."

Stadium tidur

Tapi, tentu saja kita tak boleh langsung pesimistis kendati alatnya belum ada, toh bisa dilihat dari gejala yang muncul pada anak saat mengalami gangguan tidur. Jadi bisa diperkirakan apakah pasien termasuk penderita epilepsi atau bukan. "Pertama, apakah gejalanya ada yang stereotipik atau ada sesuatu yang khas. Seperti tingkah laku atau gerakan tangan yang khas," jelas spesialis anak dari RSUPN Cipto Mangunkusumo ini.

Pada anak yang menderita epilepsi, gangguan yang dialami anak waktunya tidak selalu malam hari. Selain itu, tampak gerakan tangan yang khas dan berulang serta pada setiap serangan kadang dapat disertai dengan gerakan berjalan. Sementara pada anak yang mengalami tidur berjalan murni biasanya kejadiannya teratur pada waktu malam jam 10 sampai 12 malam. Kalaupun terjadi lagi, pasti pada waktu yang sama.

"Tidurnya pun benar-benar dalam keadaan lelap, yaitu masuk stadium dalam fase tidur si anak. Jadi tak jarang kalau ayah-ibunya ingin membangunkannya, pun kadang- kadang susah sekali," tutur Irawan. Selama tidur, terang Irawan, kita akan melewati stadium tidur. Pertama, awal tidur dari stadium satu sampai stadium empat tidur non-REM (rapid eye movement).  Kemudian, sepertiga malam; anak tidur lelap sekali. Berikutnya, stadium rapid eye movement sleep (REMS);  anak gampang bangun karena mimpi-mimpi.

"Umumnya gangguan tidur terjadi pada fase sepertiga malam ke atas." Nah, tidur berjalan tergolong pada gangguan tidur yang terjadi pada fase sepertiga malam. Penyebabnya, sampai saat ini tidak dapat diketahui pasti. "Ada pendapat merupakan gangguan fungsi tidur yang terdapat pada nucleussuprachiasmaticus,  yaitu pusat pemacu tidur yang akan mengirim sinyal ke kelenjar pineal. Kemudian akan menghasilkan hormon melatonin yang memengaruhi tidur."

Kendati belum pasti karena masih dalam penelitian, tidur berjalan merupakan peringatan adanya kelainan di otak atau karena fungsinya terganggu. Sementara menurut Iesye, tidur berjalan mungkin merupakan manifestasi keinginan yang terpendam saat anak terjaga sampai kemudian terbawa dalam mimpi. "Hal ini disebut juga sebagai acting-out dream,  yaitu melakukan suatu tindakan tanpa disadari, yang terjadi pada saat dia terjaga, akhirnya terbawa dalam mimpi," terang Kepala Unit Rehabilitasi Medik RSAB Harapan Kita.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com