Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Minat Seksual Pemuda Jepang Turun?

Kompas.com - 15/01/2011, 06:47 WIB

TOKYO, KOMPAS.com — Minat pria muda Jepang terhadap seks berkurang dan ini merupakan tambahan peringatan kepada negara yang terkenal dengan tingkat kelahiran rendah, menurut penelitian yang didanai oleh pemerintah Jepang, Jumat (14/1/2011).

Survei itu juga menemukan bahwa sekitar 40 persen pasangan menikah mengatakan, mereka tidak melakukan hubungan seks dalam sebulan terakhir, kata kepala klinik Asosiasi Keluarga Berencana Jepang, Kunio Kitamura, yang turut serta dalam penelitian tersebut.

"Ini secara langsung berkaitan dengan menurunnya tingkat kelahiran. Pembaruan kebijakan perlu dilakukan," kata Kitamura kepada AFP.

Data yang terkumpul telah mengonfirmasi ada pandangan sosial yang meluas bahwa banyak lelaki muda menjadi "herbivora", label terpasang pada pria pasif yang tidak secara aktif mencari perempuan dan hubungan seksual.

Survei per dua tahun menemukan 36,1 persen laki-laki Jepang usia antara 16-19 tahun mengatakan bahwa mereka tidak memiliki minat atau bahkan menganggap hina kegiatan seks, dan itu merupakan lonjakan dari survei 2008 yang mencatat 17,5 persen.

Dari pihak perempuan, sebanyak 59 persen dalam kategori usia sama menjawab hal serupa, meningkat 12 persen dibanding data 2008.

Hasil survei itu menjadi kekhawatiran pemerintah Jepang yang ingin mendorong pasangan muda memiliki keturunan agar dapat mengembalikan tingkat kelahiran rendah dan mencegah kemungkinan runtuhnya perekonomian negara.

Pemerintah Jepang memperkirakan jumlah kehamilan 1,37 kelahiran per perempuan pada 2009, salah satu peringkat terendah di dunia, dibanding 2,06 di Amerika Serikat dan 1,97 di Perancis.

Tren dipercaya sebagai faktor penyebab utama, khususnya di pedalaman Jepang, di mana perempuan yang melahirkan harus berhenti bekerja, berkurangnya pusat kesehatan anak, dan faktor sistematis lainnya.

Populasi Jepang sudah berangsur menurun dengan semakin banyak orang muda yang menunda memulai keluarga karena menganggap sebagai beban keuangan, gaya hidup, dan karier.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com