Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cegah Batu Empedu, Ini Dia Caranya!

Kompas.com - 18/01/2011, 11:26 WIB

KOMPAS.com - Banyak upaya pencegahan dan penyembuhan penyakit batu empedu. Di antaranya adalah menjaga berat badan agar tetap normal, menurunkan kolesterol, dan mengonsumsi makanan yang banyak mengandung serat.

Tapi, diet keras untuk menurunkan berat badan dengan cepat, juga tidak disarankan. Sebab, cara ini dapat merangsang hati mengeluarkan kolesterol dalam jumlah besar ke cairan empedu, sehingga bisa menimbulkan batu empedu.

Jadi, jika Anda mengalami penyakit batu empedu, prinsip utamanya adalah perawatan kandung empedu. "Sebaiknya hindari mengonsumsi makanan berlemak, karena lemak bisa merangsang munculnya batu empedu," saran Handrawan Nadesul, konsultan kesehatan di berbagai media.

Menurut Handrawan, aneka makanan yang mengandung lemak, antara lain daging hewan berwarna merah, seperti daging sapi, kambing, babi, dan daging hewan sejenisnya. Hindari pula makanan yang mengandung kolesterol tinggi, seperti goreng-gorengan. Penderita obesitas juga berisiko menderita batu empedu lebih tinggi. "Bila sudah terlanjur gemuk, turunkan hingga mencapai berat badan dan kolesterol ideal," katanya.

Guna menghindari batu empedu, Handrawan juga menyarankan agar rajin berolahraga. Jika olahraga dilakukan secara rutin, maka lemak-lemak yang ada di dalam tubuh kita akan terbakar, sehingga mengurangi risiko terbentuknya batu empedu.

"Pola hidup sehat dan hidup tertib akan membantu kita mengendalikan tingkat kolesterol. Dengan begitu, kolesterol kita tetap terjaga di bawah angka normal," tambah Handrawan.

Saran senada diungkapkan Marganda, pakar kesehatan dari Rumah Sakit Omni Internasional Alam Sutera, Tangerang. "Batu empedu biasanya timbul karena si pasien banyak mengonsumsi makanan yang berlemak, seperti bumbu rendang, soto berkuah santan kental, steak, dan lain sebagainya," kata Marganda.

Kendati penyakit batu empedu biasanya tidak menunjukkan gejala, ketika keadaan memburuk gejala yang biasa ditimbulkan adalah serangan pada waktu makan makanan yang mengandung lemak tinggi jika seseorang sudah mengidap batu empedu. Hal ini terjadi karena lemak tersebut memicu hormon merangsang kantung empedu berkontraksi sehingga memaksa empedu yang tersimpan masuk ke dalam duodenum, yaitu jalan keluar menuju usus kecil.

Operasi batu empedu Handrawan menyarankan, bila ukuran batu empedu sudah terlihat membesar, yakni sekitar 3-4 cm, sudah selayaknya batu itu diangkat. "Kalau ukuran batu besar, kandung empedu harus cepat diangkat dan segera dibuang," imbuh Handrawan.

Dia bilang, seseorang yang diangkat kandung empedunya tidak akan berisiko. "Kalau tidak punya kandung empedu, tidak apa-apa. Sebab, kandung empedu hanya berfungsi menampung cairan empedu yang diproduksi hati untuk menetralisir lemak," katanya.

Tapi, jika ukuran batu empedu Anda masih tergolong kecil atau berkisar 2-3 mm, langkah operasi pengangkatan kandung empedu tidak perlu dilakukan. "Kalau batunya masih kecil, bisa ditembak dengan gelombang kecil sampai hancur," tambah dia.

Suhanto, Kepala Bidang Pelayanan Medis Rumahsakit Mediros, Jakarta, menambahkan, jika tidak segera diangkat, kandung empedu yang sudah terinfeksi bisa menyebabkan masalah lebih serius bagi penderitanya. Karena itu, solusi terbaik adalah dikeluarkan melalui pembedahan perut. "Jika batu kandung empedu.menyebabkan serangan nyeri berulang meskipun telah dilakukan perubahan pola makan, dianjurkan menjalani pengangkatan kandung empedu," katanya.

Jika tidak diangkat, infeksi kandung empedu bisa semakin berat. Catatan saja, pengangkatan kandung empedu tidak menyebabkan kita kekurangan gizi. Karena itu, setelah pembedahan tidak perlu membatasi asupan makanan. (Dikky Setiawan)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com