Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Infeksi TORCH Penyebab Cacat Janin

Kompas.com - 24/02/2011, 14:36 WIB

Kompas.com - Infeksi TORCH merupakan gangguan pada kehamilan yang bisa membahayakan janin. Jika infeksi ini diketahui di awal masa kehamilan, risiko penularan dari ibu pada janin bisa dikurangi sehingga cacat bawaan bisa dicegah.

TORCH (toksoplasma, rubela, cytomegalovirus/CMV, dan herpes simplex) merujuk pada sekolompok infeksi yang dapat ditularkan dari ibu hamil kepada bayinya. Infeksi ini biasanya tidak bergejala, satu-satunya cara untuk mengetahuinya adalah dengan melakukan tes serum darah.

Pakar imunologi Dr.Liliane Grangeot-Keros dari Paris menyebutkan, infeksi TORCH dapat menyebabkan 5-10 persen keguguran dan cacat bawaan pada janin yang meliputi gangguan pendengaran, retardasi mental serta kebutaan.

"Sebagian besar cacat itu bisa dicegah dengan melakukan skrining TORCH di trimester pertama kehamilan. Jika hasilnya negatif, para ibu bisa diberi edukasi pentingnya menjaga kebersihan diri. Namun jika hasilnya positif, dokter bisa memberikan pengobatan untuk menurunkan risiko transmisi dari ibu ke janin," katanya dalam acara media edukasi 'Mewaspadai TORCH pada Kehamilan' di Jakarta (24/2/2011).

Di Indonesia, dari 54.000 kehamilan yang terinfeksi toksoplasma 70 persennya memiliki antibodi. Sementara itu, 60 persen wanita memiliki antibodi terhadap virus herpes simplex. Kendati demikian, 50-85 persen ibu hamil yang terinfeksi rubela di trimester pertama kehamilan janinnya beresiko tinggi mengalami cacat organ.

Namun menurut dr.Yuditia Purwosunu Sp.OG (K), skrining TORCH belum menjadi rekomendasi bagi ibu hamil.

"Statistik menunjukkan, dari 10.000 ibu hamil yang hasil skriningnya positif TORCH, hanya 10 saja yang hasil diagnostiknya juga positif. Karena itu, skrining TORCH masih diperdebatkan keakuratannya," katanya dalam kesempatan yang sama.

Ia menambahkan, skrining prenatal hanya disarankan untuk mereka yang termasuk dalam kelompok berisiko tinggi, misalnya ibu yang terinfeksi HIV. "Untuk memberikan pengobatan pun standarnya adalah hasil diagnostiknya positif," papar dokter dari divisi fetomaternal departemen Obgyn FKUI/RSCM Jakarta ini.

Pemeriksaan diagnostik dilakukan dengan cara pengambilan sedikit air ketuban untuk diperiksa di laboratorium. Hasilnya jauh lebih akurat dibanding dengan skrining berupa pengambilan darah. "Jika hasil skrining positif baru disarankan untuk melakukan diagnostik tes sebelum diberikan pengobatan," tuturnya.

Saat ini, pemeriksaan TORCH masih tergolong mahal untuk kebanyakan masyarakat. Akan tetapi, menurut Keros tindakan preventif jauh lebih murah daripada kuratif.

"Mungkin biaya tes terasa mahal, tapi ongkos yang harus ditanggung jika bayi menderita cacat sangat mahal, bukan cuma dari sisi ekonomi tapi juga psikologis," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com