Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

RSCM Akhirnya Rawat Pasien Telantar

Kompas.com - 03/03/2011, 03:54 WIB

Jakarta, Kompas - Dua pasien yang tinggal di selasar Rumah Sakit Umum Pusat Cipto Mangunkusumo, Jakarta, selama dua bulan, telah dipindahkan ke ruang perawatan, Rabu (2/3). Oding (54), penderita tumor dan gangguan ginjal asal Legok, Tangerang, dipindahkan ke ruang instalasi gawat darurat (IGD). Adapun Wati (37), pasien tumor yang harus dioperasi dan diamputasi, dipindahkan ke ruang bedah di lantai empat kamar 419.

Mereka menggunakan Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) untuk berobat di RSCM. Mereka tinggal di selasar karena selama ini selalu dikatakan kamar sudah penuh. Keduanya adalah pasien rujukan dari daerah.

”Kami mengakui bahwa kadang-kadang kami tidak cukup jeli melihat kondisi di luar medis mereka. Akan tetapi, sering juga tempat perawatan benar-benar tidak ada,” kata Direktur Utama RSUP Cipto Mangunkusumo Akmal Taher.

Menurut Akmal, RSCM memiliki 900 tempat tidur untuk pasien dewasa dan 178 tempat tidur untuk pasien anak. Setiap hari lebih dari 2.000 orang mendaftarkan diri sebagai pasien dengan surat jaminan pelayanan, 75 persen di antaranya adalah warga miskin yang menggunakan Jamkesmas, Gakin, dan SKTM (surat keterangan tidak mampu).

Mereka sudah mengantre dan dilayani sejak pukul 06.30, padahal klinik seharusnya buka pukul 08.00. Setidaknya 25-30 orang setiap hari menunggu di IGD untuk mendapatkan kamar.

Penyebab utama membeludaknya pasien di RSCM karena menerima limpahan pasien dari semua rumah sakit di Indonesia. ”Sistem rujukan yang seharusnya dari puskesmas ke RSUD, lalu ke RSUP provinsi, tak berjalan. Semua langsung menuju RSCM,” ujar Akmal.

Status RSCM sebagai rujukan akhir seharusnya hanya menangani pasien dengan tingkat keparahan III, tetapi pasien yang paling banyak dirujuk adalah pasien dengan tingkat keparahan I (53 persen). Pasien dengan tingkat keparahan II (21 persen). ”Yang tingkat keparahannya III justru sedikit,” lanjut Akmal.

Kapasitas kamar inap yang terbatas untuk melayani ribuan pasien di rumah sakit tersebut membuat banyak pasien tidak tertampung. Akan tetapi, pihak rumah sakit tentu tidak bisa memilih-milih sehingga banyak pasien tidak tertangani.

”Akhirnya kami mendahulukan pasien dengan indikasi rawat, seperti pasien yang harus dioperasi dalam waktu 2 x 24 jam, perlu infus, dan keadaan buruk pada organ vital, yaitu jantung, paru-paru, atau demam tinggi,” kata Akmal.

Penambahan ruangan, menurut dia, tidak akan menyelesaikan persoalan. Yang diperlukan adalah membenahi sistem rujukan dari daerah sehingga kasus yang bisa ditangani oleh RSUD tidak perlu terburu-buru dirujuk ke RSCM.

Mulai hari ini, Pemerintah Kota Bogor menjamin pengobatan gratis di puskesmas atau rumah sakit kepada warga miskin asalkan membawa SKTM. Semua biaya pengobatan itu ditanggung Dinas Kesehatan Pemerintah Kota Bogor.

Dalam siaran pers yang dikeluarkan Humas Pemerintah Kota Bogor, Rabu, kepastian pasien warga miskin berobat gratis itu disampaikan Kepala Dinas Kesehatan Kota Bogor Triwanda Elan pada Rapat Kerja Daerah Pemerintah Kota Bogor. ”Kami akan membayar 100 persen biaya pengobatan atau perawatan pasien miskin asalkan ada SKTM. Jadi, jangan lupa, bawa SKTM,” kata Triwanda yang juga dokter itu.

Anggaran yang dialokasikan untuk pengobatan dan perawatan pasien miskin pemegang KTP di Kota Bogor itu sebesar Rp 4,5 miliar. (FRO/RTS)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com