Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hepatitis Perbesar Risiko Kanker Hati

Kompas.com - 21/03/2011, 06:09 WIB

Jakarta, Kompas — Risiko kanker hati orang dengan virus hepatitis B dan C bisa seratus kali lipat lebih tinggi dibandingkan orang tanpa virus itu. Risiko bisa dikurangi, antara lain dengan mengecek keberadaan virus hepatitis B dan C dalam tubuh.

”Orang yang tak terinfeksi hepatitis B dan C kecil kemungkinan kanker hati,” ujar dr Tan Yu-Meng MBBS, FRCS, ahli bedah hati dari RS Gleneagles, Singapura, pada dialog kesehatan ”Berbagai Kelainan Penyakit Hati” di Jakarta, Sabtu (19/3).

Pengecekan virus hepatitis B dan C hanya dapat dilakukan dengan tes darah di laboratorium. Jika ada infeksi virus dalam tubuh, Yu-Meng menilai orang itu wajib cek kesehatan hati dengan ultrasonografi (USG) dan cek darah setidaknya enam bulan sekali. ”Ini untuk deteksi awal kanker atau gangguan berat hati lainnya. Kalau ada kecurigaan, dapat dilakukan magnetic resonance imaging (MRI),” ujarnya.

Deteksi dini sangat penting karena gangguan berat hati—seperti kanker hati dan pengerasan hati—umumnya baru diketahui setelah fungsi hati di bawah sekitar 30 persen. Saat itulah orang mulai mengeluh, seperti berat badan merosot, mudah lelah, nafsu makan menurun, dan pencernaan memburuk.

Pada kasus kanker hati yang terkait infeksi hepatitis B, misalnya, seseorang bisa saja tampak tumbuh sehat. Infeksi itu bisa menjadi kanker atau sirosis 20-30 tahun kemudian.

Meski infeksi tak berkembang parah, orang bersangkutan tetap membawa virus yang dapat menular ke orang lain. ”Orang terkena kanker hati biasanya tidak merasakan nyeri lantaran organ tersebut berada di bagian dalam, berbeda dengan tumor payudara dan usus besar,” ujarnya.

Jika gangguan hati sudah parah, umumnya kulit dan mata menguning, perut membuncit berisi cairan, dan hati tak berfungsi. Untuk hati yang tak berfungsi, alternatifnya pencangkokan hati. Namun, selain sangat mahal, tak mudah menemukan donor yang tepat.

Di dalam tubuh, organ hati berfungsi menyimpan vitamin, gula, lemak, dan mineral yang akan diolah menjadi energi.(INE)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com