Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Austime Ada, Nyata dan Banyak!

Kompas.com - 02/04/2011, 15:35 WIB

MAGELANG, KOMPAS.com - “Kenalilah keadaanku dan terima aku apa adanya”, “Hargai aku seperti anak pada umumnya dan beri aku kesempatan untuk berkembang”, “Bantu aku dan upayakan agar aku berkembang lebih optimal”.

Setidaknya itulah beberapa harapan dan kata hati puluhan anak-anak penyandang keterbelakangan mental atau Autisme di Magelang, Jawa Tengah. Harapan-harapan tersebut mereka tulis di selembar kertas yang diikat dengan balon. Masing-masing anak membawa satu balon dan satu kertas harapan. Lalu, secara serempak mereka terbangkan balon-balon warna-warni itu ke udara.

“Mimpi atau harapan anak-anak itu begitu tinggi, setinggi balon yang terbang di udara itu,” tutur Puji Astuti, Kepala Sekolah Khusus Autisme Bina Anggita Magelang dalam aksi peduli Autisme sedunia di Alun-alun Kota Magelang, Sabtu (2/4/2011).

Kegiatan lepas balon itu diselenggarakan dalam rangka peduli serta mengkampanyekan kepada masyarakat terhadap penyandang autis bahwa mereka juga bagian dari masyarakat.

“Karena memang kenyataannya permasalahan autisme ini ada, nyata, dan banyak!,” tegas Puji.

Autis adalah suatu kondisi seseorang sejak lahir yang mengalami gangguan perkembangan pervasif yang ditandai dengan adanya gangguan dan keterlambatan dalam bidang kognitif, bahasa, perilaku, komunikasi dan interaksi sosial.

Menurut Puji, apabila individu dengan autisme mendapat perhatian, penanganan, kesempatan serta dukungan positif yang memadai dari keluarga dan masyarakat sekitar, maka besar kemungkian anak akan berkembang lebih optimal.

Selain lepas balon, anak-anak juga melakukan aksi jalan bersama mengelillingi alun-alun Kota Magelang sambil menyebarkan bunga kepada masyarakat yang melintas.

Apabila kepedulian terhadap autisme dari pemerintah dan masyarakat meningkat, lanjut Puji, maka akan dapat tersedia kesempatan pendidikan bagi penyandang autisme yang biayanya lebih terjangkau dengan kualitas yang lebih baik pula.

“Kami peduli buka semata-mata karena kasihan, tetapi lebih dari itu, karena mereka sebagai makhluk social, bersama-sama dengan masyarakat di seluruh dunia yang berpikir maju,” paparnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com