Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perempuan Jelang Menopause Rentan Obesitas

Kompas.com - 09/04/2011, 07:21 WIB

Jakarta, Kompas - Perempuan menjelang menopause paling rentan menderita obesitas. Padahal, obesitas dapat menimbulkan berbagai gangguan kesehatan.

”Perempuan menjelang menopause sangat rentan obesitas lantaran metabolisme tubuh melemah. Proses pembakaran dalam tubuh menjadi lebih rendah,” kata Samuel Oentoro, ahli gizi klinik dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Jumat (8/4), dalam jumpa pers terkait seminar dan kursus mengenai obesitas.

Acara yang diselenggarakan oleh Departemen Ilmu Gizi FKUI itu bertema ”Management of Obesity and Its Related Problems” pada 9-10 April 2011.

Kelebihan berat badan dan obesitas umumnya diukur dengan body mass index (BMI). Nilai BMI didapat dari berat badan (kg) dibagi dengan kuadrat tinggi badan (meter). Seseorang dikategorikan kelebihan berat badan jika BMI 25 kilogram per meter kuadrat. Adapun yang memiliki BMI lebih dari 30 digolongkan menderita obesitas. Batas BMI normal 18,5 - 24,9.

Menopause merupakan proses degenerasi yang antara lain disertai kemunduran metabolisme tubuh dan penurunan produksi hormon yang berperan dalam proses di dalam tubuh. Samuel mengatakan, semakin melemahnya metabolisme tubuh, konsumsi makanan harus dibatasi dengan menerapkan diet sehat, yakni kaya serat buah dan sayur serta rendah lemak.

Untuk menjaga aktivitas tubuh, harus olahraga lebih dari 30 menit tiap hari, misalnya jalan kaki. Untuk yang obesitas, dianjurkan bersepeda dan berenang agar tidak terlalu banyak beban di persendian kaki.

Seiring perkembangan zaman, tidak hanya perempuan yang rawan menderita obesitas, melainkan juga anak-anak. Perubahan pola makan seperti konsumsi makanan cepat saji dan minuman manis membuat obesitas menjadi masalah sejak kanak-kanak.

Samuel menyatakan, obesitas merupakan penyakit yang harus ditangani. Penanganan masalah berat badan berlebih berpegang pada pola diet yang sehat (seimbang jumlah dan jenis), aktivitas tubuh (olahraga), dan perubahan perilaku. Jika itu tidak berhasil, pasien mengonsumsi obat di bawah pengawasan dokter. Operasi untuk mengatasi masalah kegemukan merupakan solusi paling akhir.

Ahli gizi klinik dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia sekaligus ketua panitia seminar dan kursus obesitas, Inge Permadhi mengatakan, keberhasilan penatalaksanaan obesitas sangat berperan penting untuk memperbaiki risiko, seperti hipertensi, diabetes melitus, dan jantung koroner.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan, lebih dari 1 miliar orang dewasa di dunia mengalami kelebihan berat badan dan paling sedikit 300 juta di antaranya penderita obesitas. Penurunan berat badan akan jauh lebih berhasil jika didukung program yang sesuai kebutuhan pasien untuk mencapai penurunan berat badan yang optimal dan menjaga berat badan tetap normal melalui pola makan sehat, aktivitas fisik, perubahan perilaku, dan pengobatan jika diperlukan di bawah pengawasan dokter. (INE)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com