Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Makanan Sehat Makin Dekat

Kompas.com - 10/04/2011, 05:54 WIB
Yulia Sapthiani dan Nur Hidayati

KOMPAS.com - Gaya hidup sehat yang menggejala di kota dalam waktu cepat ditangkap para penyedia jasa konsumsi. Bermunculanlah restoran, pasar swalayan, toko roti, kue, hingga katering yang semuanya menawarkan menu sehat.

Jelang jam makan siang, seorang staf di Restoran Healthy Choice Kebon Jeruk, Jakarta Barat, menerima telepon dari konsumen. Dengan rinci, dia menjawab pertanyaan tentang bahan-bahan sebuah menu masakan. Tak lama setelah itu, pesanan makan siang itu pun diraciknya, dan kemudian diantarkan ke kediaman si penelepon.

”Terkadang memang ada konsumen yang mengajukan permintaan supaya masakannya tidak memakai bahan tertentu. Kami bisa melayani permintaan itu,” kata Nurhasanah dari bagian pemasaran.

Bermula sebagai sebuah bisnis wellness, seperti akupunktur, facial, dan detoks pada tahun 2004, Healthy Choice mengembangkan bisnis seiring dengan tujuan memperkenalkan produk organik. Restoran, pasar swalayan, serta toko roti dan kue pun lantas hadir dengan berbagai menu dan bahan pangan organik, yaitu bahan yang dihasilkan tanpa zat kimia.

”Kami mendatangkan bahan dari penyuplai yang sudah bersertifikat organik. Tetapi, untuk memastikan barang yang dijual benar-benar organik, tak jarang kami meninjau produknya langsung ke petani,” katanya.

Selain berbahan pangan organik, restoran ini juga mengganti beberapa bahan masakan guna mengusung kuliner sehat. Laksa yang biasanya berkuah santan kental, misalnya, di restoran dengan target pasar menengah ke atas ini diganti dengan susu kedelai tanpa mengubah rasa aslinya.

Hal tersebut sejalan dengan imbauan guru besar Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada Prof Murdijati Gardjito, yang dalam percakapan dengan Kompas beberapa waktu lalu, menekankan perlunya menanamkan kesadaran soal makanan agar masyarakat tidak mudah termakan iklan makanan instan dan cepat saji.

Murdijati menganjurkan agar penyadaran soal makanan ditanamkan lagi lewat keluarga. ”Keluarga sebaiknya menghidupkan lagi makanan tradisional sebab memasak dan mengonsumsi makanan di rumah akan membangun kebahagiaan dan kebajikan yang semakin hilang,” katanya.

Seruan seperti itu selaras dengan gerakan slow food yang belakangan muncul, yang merupakan antitesis fast food. Inti dari gerakan ini antara lain, makanan yang masuk ke dalam tubuh harus diketahui asal-usulnya, makanan harus dimasak dengan cara-cara yang diketahui dan bahan-bahannya diyakini tidak mengandung zat berbahaya, serta memberikan penghargaan kepada orang yang memasak hidangan.

Kebun sendiri

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com