Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penelitian AIDS Masuki Tahap Lanjut

Kompas.com - 05/05/2011, 11:40 WIB

KOMPAS.com - Sekelompok peneliti di Brigham Young University (BYU) Amerika Serikat sedang mencoba menyingkap lebih jauh misteri seputar virus HIV penyebab penyakit AIDS.  Mereka saat ini tengah melakukan tiga rangkaian penelitian terhadap kasus khusus yang terjadi pada sepasang bayi kembar.

Dua bayi laki-laki kembar identik ini dinyatakan positif HIV setelah menerima transfusi darah beberapa tahun lalu. Vaksin yang diberikan kepada mereka juga gagal.

Tetapi, sekarang ini salah satu dari mereka ternyata dapat hidup dengan relatif normal, memiliki sistem kekebalan tubuh serta kesehatan yang baik. Sementara satu bayi lain mengalami tumbuh-kembang lebih lambat dan mengalami beberapa kali komplikasi.

Keith Crandall dari Departemen Biologi BYU menjelaskan, perbedaan mencolok dari kondisi bayi kembar tersebut menjadi dasar dari penelitian awal. Para ahli ingin memastikan bagaimana virus HIV dapat berubah di tubuh kedua bayi tersebut.

Ada dua teori yang berkompetisi dalam riset ini. Salah satu kemungkinan adalah pengaruh seleksi alam, sedangkan teori lainnya adalah adanya peran genetik secara acak yang membuat hasil penelitian tidak dapat diprediksi.

Penelitian kedua difokuskan kepada soal vaksinasi HIV yang seringkali tidak berfungsi. Crandall mengatakan mereka mengharapkan sampel-sampel dari kasus akan membantu dalam menemukan bagaimana virus berubah, berkembang menjadi lebih kuat.

"Saya pikir pemerhati HIV masih terbagi pada kondisi bagaimana pengobatan pasien terinfeksi HIV. Perlu disadari kita membutuhkan rancangan vaksin yang lebih baik atau lebih unggul pula," ujar Crandall.

Penelitian ketiga dipimpin Greg Burton, Kepala Departemen Kimia dan Biokimia BYU dan Xueyuan Zho, pelajar di Departemen Ilmu Kesehatan University of Colorado.

Hasil awal penelitian mengemuka, bahwa ada protein yang alamiah terbentuk untuk memberi proteksi pencegahan virus HIV memperbanyak diri. Meskipun begitu, mereka masih harus menjelaskan bagaimana protein itu bekerja.

"Esensi penelitian adalah bagaimana kita selangkah lebih maju dari riset-riset sebelumnya. Efek penelitian masih belum diketahui, tapi kami mau menunjukkan mekanismenya," terang Burton. (Gloria Samantha/AP/Deseret News)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com