Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Produk Segar dan Pangan Olahan Bebas E.coli

Kompas.com - 11/06/2011, 08:56 WIB

JAKARTA,KOMPAS.com - Wabah bakteri Escherichia coli (E.coli) jenis berbahaya di Eropa yang diduga bersumber dari sayur-sayuran mentah cukup membuat sejumlah negara meningkatkan kewaspadaan terkait penularan yang mungkin bisa terjadi melalui kontaminasi dari makanan. Kementerian Pertanian sebagai pihak yang bertanggung jawab dalam pengawasan bahan makanan segar (sayur dan buah) mengatakan bahwa sejauh ini tidak ditemukan bakteri E.coli pada sayur dan buah yang ada di Indonesia.

"Ini berdasarkan pengamatan mulai dari bulan Januari sampai dengan Mei 2011," kata Wakil Menteri Pertanian, Dr. Ir. Bayu Krisnamurthi saat jumpa pers di Gedung Kementerian Kesehatan, Jumat, (10/6/2011) kemarin.

Menurut Bayu, langkah antisipasi sudah dilakukan Kementerian Pertanian dengan membentuk  instrumen atau instansi yang bertugas melakukan save guarding, dalam hal ini Badan Karantina. Saat ini, Badan Karantina telah memiliki semua peralatan yang dibutuhkan untuk melakukan uji terhadap produk-produk yang masuk ke Indonesia dalam bentuk segar. "Termasuk untuk pengujian apakah bahan makanan itu terkontaminasi dengan E.coli," imbuhnya.

Bayu menambahkan, sayuran dan buah segar hanya dilayani di 10 pelabuhan, yaitu pelabuhan yang memang memiliki fasilitas karantina tumbuhan. Tentu di antara 10 itu pun, kapasitas dan laboratoriummnya tidak sama. Sejauh ini Jakarta dan Surabaya sebagai pelabuhan yang mempunyai fasilitas karantina paling bagus dan lengkap.

"Kalau ini berkembang menjadi lebih serius lagi, maka bersama Kementerian kesehatan dan Pertanian bisa menetapkan dedicated port. Jadi impor hanya bisa dilakukan melalui pelabuhan-pelabuhan tertentu. Sehingga dengan demikian kami bisa membatasi," ungkapnya.

Bayu memaparkarkan, berdasarkan hasil pemantauan dari bulan Januari - Mei 2011, sudah terjadi 36 (tiga puluh enam) kali kegiatan impor dari seluruh negara di Eropa, terutama Jerman, Perancis, Belanda dan Portugal. Selama tahun 2011, kata Bayu, Indonesia belum pernah mengimpor tauge, timun dan selada segar dari eropa yang diduga sebagai faktor risiko penyebab terjadinya penyakit tersebut.

Selain itu, Kementrian Pertanian juga akan berkomunikasi intensif dengan otoritas karantina yang ada di Eropa terutama Jerman, Perancis, Belanda. Hal-hal terkait misalnya apakah sayuran itu harus ada sertifikat atau tidak, lanjut Bayu, masih harus melihat perkembangan situasi kedepan apakah tindakan tersebut dibutuhkan.

"Yang jelas Badan Karantina siap untuk menjadi save guard untuk importasi produk-produk sayuran maupun buah segar," tandasnya.

Sementara itu, Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM), sebagai badan yang bertugas melakukan pengawasan terhadap pangan olahan menjamin tidak ada satupun produk olahan yang sudah diambil sampelnya mengandung E.coli.

Hal tersebut menurut Kustantinah, berdasarkan hasil pengujian Badan POM 2010, yang telah melakukan pengujian terhadap sekitar 15.260 sampel pangan olahan yang di beli dari peredaran. Dan untuk parameter E.coli, sesuai standar hanya dilakukan pengujian terhadap produk-produk pangan olahan tertentu Misalnya keju, margarin, sayuran beku, keripik berbasis sayur, kakao, dan ikan olahan.

"Jumlah pangan olahan yang terdaftar di Badan POM adalah 44 ribu item. 30 di antaranya produk impor. Dan tidak lebih dari 5 persen produk pangan olahan berasal dari Eropa," tuturnya.

Perketatan juga dilakukan Badan POM dengan melakukan pengujian terhadap makanan siap saji yang biasanya diminta pengujiannya oleh katering-katering. Seperti, nasi, teh manis, snack pasien, bakso, sayur, ayam masak, mie. "Dan dari hasil pengujian tidak ada satu pun yg mengandung E.coli," tutupnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com