Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Amankah Metode Merangsang Persalinan?

Kompas.com - 24/06/2011, 07:38 WIB

KOMPAS.com — Dengan berbagai alasan, kebanyakan ibu hamil melakukan metode untuk merangsang tubuh menuju persalinan di akhir-akhir masa kehamilan. Metode tersebut, antara lain, melakukan hubungan seks, lebih sering berjalan kaki, mengasup makanan pedas, dan masih banyak lagi.

Akan tetapi, meski sudah cukup bulan, dokter tidak menganjurkan metode-metode untuk merangsang tubuh menuju tahap awal proses kelahiran tersebut.  "Meski pada umumnya tidak berbahaya, tetapi metode itu bisa menjadi sesuatu yang tidak terkontrol," kata Jonathan Schaffir, profesor ginekolog dari Ohio State University.

Dalam sebuah penelitian yang dilakukan di sebuah rumah sakit terhadap 200 ibu yang sudah melahirkan terungkap seluruh ibu tersebut melakukan upaya untuk merangsang persalinan saat janin sudah berusia 37 minggu atau cukup bulan untuk dilahirkan.

Sekitar 85 persen menjawab mereka merangsang persalinan dengan cara lebih sering berjalan kaki, sebanyak 45 persen berhubungan seks, 22 persen mengonsumsi makanan pedas, dan 15 persen menstimulasi puting payudara.

Usia rata-rata wanita yang melakukan metode tersebut adalah 27 tahun, sementara wanita yang berusia di atas 30 tahun cenderung memilih persalinan alami. Para wanita yang tak sabar untuk melahirkan itu juga mayoritas adalah ibu baru.

Schaffir menjelaskan, perangsangan puting payudara memang bisa mempercepat persalinan. Metode tersebut akan membuat tubuh melepaskan hormon oksitosin sehingga memicu kontraksi rahim. "Akan tetapi, metode ini tidak direkomendasikan dan belum terbukti aman," imbuhnya.

Di Indonesia sendiri, beberapa mitos menyebutkan mengonsumsi rumput Fatimah, semacam herbal, bisa mempercepat kontraksi kelahiran.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com