Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rumah Sakit Masih Rentan Tercemar Merkuri

Kompas.com - 06/07/2011, 06:48 WIB

Denpasar, Kompas - Hampir semua rumah sakit di Indonesia masih menggunakan peralatan medis yang mengandung merkuri. Apabila rusak, penanganannya belum tepat sehingga limbah merkuri mengancam kesehatan petugas dan pasien rumah sakit.

Peralatan medis berbahan merkuri, antara lain, termometer dan tensimeter. Di bidang kesehatan gigi, pemicu bahaya merkuri timbul dari amalgam yang dipakai untuk memperbaiki gigi berlubang.

Termometer dan tensimeter berbahan merkuri masih banyak dipakai karena murah dan dinilai akurat. Adapun termometer dan tensimeter digital bebas merkuri belum banyak digunakan karena mahal.

Hal itu terungkap dalam lokakarya ”Bebas Merkuri di Sektor Kesehatan” di Denpasar, Bali, Senin (4/7). ”Termometer yang rusak dibuang begitu saja sehingga merkuri bocor dan menguap,” kata Bayu Susila, Direktur BaliFokus, lembaga swadaya masyarakat yang bergerak di bidang kesehatan lingkungan.

Berdasarkan pengamatan BaliFokus di beberapa rumah sakit, paparan merkuri tertinggi ada di bangsal ibu dan anak serta poli gigi. Di bangsal ibu dan anak, termometer sering digunakan sehingga cepat rusak. Di poli gigi, merkuri berasal dari amalgam.

Penasihat BaliFokus, Yuyun Isnawati, menambahkan, penelitian di Balikpapan menunjukkan, pencemaran merkuri di rumah sakit mencapai 1.700 nanogram per meter kubik. Padahal, batas toleransi kadar merkuri di udara versi Amerika Serikat sebesar 1.000 nanogram per meter kubik, sedangkan Jepang 400 nanogram per meter kubik.

Program percontohan

Pemerintah Kota Denpasar dan BaliFokus bekerja sama mengadakan program percontohan. Tujuh dari 30 rumah sakit di Denpasar diikutkan program itu sejak pertengahan Juni 2011.

”Saat ini kami merencanakan penggunaan peralatan medis nonmerkuri,” kata Penanggung Jawab Sanitasi RS Sanglah Denpasar I Ketut Gede Surata. Namun, hal itu masih dibahas manajemen rumah sakit karena butuh biaya besar.

Harga termometer air raksa Rp 20.000 per buah, sedangkan harga termometer digital di atas Rp 50.000 per buah. Harga tensimeter air raksa Rp 450.000 per buah, sedangkan yang digital Rp 1,7 juta per buah.

Kepala Badan Lingkungan Hidup Kota Denpasar Anak Agung Bagus Sudharsana mengatakan, tujuh rumah sakit itu diharapkan punya anggaran pembelian peralatan nonmerkuri pada 2012. ”Kami berupaya membuatkan penampungan sementara untuk limbah merkuri,” katanya. (DEN)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com