Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rendah, Perhatian Pejabat Daerah terhadap HIV

Kompas.com - 18/07/2011, 17:51 WIB

KUPANG, KOMPAS.com - Perhatian pemerintah daerah terhadap persoalan HIV atau AIDS di Nusa Tenggara Timur sangat rendah. Penyebaran virus HIV atau AIDS bergerak sangat cepat sementara upaya pencegahan sangat lamban bahkan tidak ada. Sampai Mei 2011, kasus HIV atau AIDS di daerah itu mencapai 1.405 kasus, naik 105 kasus dibanding Desember 2010.

Dana yang dikelola Komisis Penanggulangan HIV atau AIDS Provinsi (KPAP) Nusa Tenggara Timur (NTT) hanya Rp 200 juta. Masih ada dana di setiap satuan kerja perangkat daerah (SKPD) dengan total nilai Rp 1 miliar, tetapi aksi konkrit di lapangan terkait HIV/AIDS tidak ada. Dana Rp 200 juta ini, tidak cukup untuk sosialisasi pencegahan penyebaran HIV.

Sekretaris Harian Komisi Penanggulangan HIV atau AIDS Provinsi NTT dr Husen Pankratius pada sosialisasi pencegahan dan penyebaran virus HIV di Kupang, Senin (18/7) mengatakan, epidemik HIV atau AIDS di NTT sangat mengkhawatirkan. Tidak ada lagi desa atau kecamatan di NTT yang dinyatakan bebas HIV.

"Ibu rumah tangga yang sehari-hari hanya berada di rumah saja, sudah 263 orang terinveksi virus itu, dan anak-anak usia 0-5 tahun sebanyak 44 kasus. Ini kelompok usia yang menurut akal sehat sangat mustahil tertular virus HI V, tetapi fakta di lapangan sudah sangat mengkhawatirkan," kata Husen.

Dari 1.405 kasus HIV atau AIDS, 93 persen penyerabannya melalui heteroseksual, dan 7 persen pengguna napza suntik. Sementara data Desember 2010 sebanyak 1.300 kasus, naik 105 kasus per Mei 2011. Dari 1.405 kasus, 1.293 kasus merupakan kelompok usia produktif (16-55 tahun). Ini sangat disayangkan.

Husen menegaskan, kasus HIV atau AIDS di NTT terus merajalela, terkait perilaku seks bebas masyarakat. Dorongan kesulitan ekonomi keluarga sebagai salah satu penyebab.

Hampir 80 persen pekerja seks komersial lokal di kota Kupang adalah warga dari kabupaten, kecamatan dan desa terdekat. Mereka ke Kupang, mencari kerja tetapi keterbatasan lowongan kerja, sementara tuntutan kebutuhan hidup, dan gaya hidup seperti telepon seluler, mendesak mereka menjadi pekerja seks komersial.

Masalah ini dipahami pemerintah daerah setempat, tetapi terkesan tidak ada tindakan konkrit membantu mengatasi. Ada kesan pembiaran terhadap persoalan penyebaran HIV ini kepada masyarakat. Tetapi kasus HIV atau AIDS tidak mengenal jabatan, pangkat, umur dan status orang.

"Perhatian pejabat kita sangat rendah terhadap penyebaran virus HIV. Kita bergerak sangat lamban bahkan tidak bergerak sama sekali, sementara penyebaran vi rus bergitu cepat, merajalela ke seluruh pelosok desa dan kampung, sampai ke ibu rumah tangga, dan anak-anak," kata Husen.

Kupang sebagai kota pusat persinggahan warga dari berbagai suku. Pergaulan bebas yang beresiko, akan berdampak juga terhadap penyebaran HIV ke desa-desa terpencil di NTT.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com