Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Risiko Kehamilan di Usia Matang

Kompas.com - 09/09/2011, 10:36 WIB

Kompas.com - Tidak sedikit pasangan yang memilih untuk menunda memiliki momongan hingga karir dan finansial lebih mapan. Benar bahwa kehamilan memang perlu direncanakan, tetapi kehamilan di usia matang memiliki risiko tinggi.

Peluang hamil di usia di atas 35 tahun memang lebih kecil karena jumlah sel telur berkurang. Disukai atau tidak namun setiap perempuan terlahir dengan seluruh sel telur yang dimilikinya dan satu persatu akan dikeluarkan setiap bulan saat menstruasi.

Menurut Dr.Prashant Nadkarni dari Kuala Lumpur Fertility Center, usia kesuburan wanita mulai menurun di usia 35 tahun. "Kehamilan sebaiknya tidak ditunda terlalu lama karena bertambahnya usia akan mengurangi risiko keberhasilan pembuahan," katanya.

Kehamilan di usia matang juga memperbesar risiko keguguran dan bayi lahir dengan kelainan mengingat kualitas kromosom dan sel telur tidak lagi sebaik di usia muda.

Ia menjelaskan saat ini dunia sedang menghadapi krisis kesuburan, bahkan di negara dengan jumlah penduduk terbesar seperti China. "Tetapi ini bukan isu yang serius dan para ahli tidak melihatnya seperti halnya sebuah penyakit," katanya.

Di Asia 80 persen orang diperkirakan menderita infertilitas. Beberapa negara yang menghadapi masalah kesuburan paling berat adalah Singapura, Hongkong dan Macau.

Di luar usia saat menikah yang makin bergeser, Nadkarni mengatakan ada banyak faktor yang menyebabkan penurunan kesuburan, misalnya gaya hidup, gangguan kesehatan, dan polusi lingkungan.

Para ahli mengatakan kegemukan berlebih merupakan penyebab utama banyak pasangan kesulitan hamil. Idealnya, indeks massa tubuh untuk hamil adalah antara 19-24.

Jumlah sperma pria juga dipengaruhi oleh berat badan. "Gaya hidup yang tidak sehat seperti sering mengonsumsi alkohol dan merokok juga mengurangi jumlah sperma," katanya.

Faktor lainnya adalah stres. Biaya hidup yang tinggi, kemacetan dan jam kerja yang tinggi seringkali menyeret seseorang dalam lingkaran stres. "Stres bisa mengganggu ovulasi. Stres juga membuat siklus menstruasi terganggu dan gairah seksual pria dan wanita turun," paparnya.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com