Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lestarikan Kesuburan dengan Simpan Beku Indung Telur

Kompas.com - 20/09/2011, 14:54 WIB

Kompas.com - Pesatnya perkembangan ilmu reproduksi manusia telah membuka harapan baru untuk memiliki anak, termasuk bagi pasien kanker yang harus menjalani kemoterapi. Seperti diketahui, obat-obatan kemoterapi bukan hanya membunuh sel kanker tapi juga sel yang sehat, termasuk sel telur sehingga pasien berusia reproduksi sering kehilangan kesempatan untuk mendapatkan momongan.

Sejak beberapa tahun terakhir ini para ilmuwan telah mengembangkan teknik simpan beku (cyropreservation) untuk sel telur, sperma, atau hasil pembuahan tertentu. Teknik ini membantu seorang wanita yang harus menjalani kemoterapi atau radiasi (penyinaran) tetap bisa melestarikan kesuburannya hingga terapi pengobatannya selesai.

"Saat ini 20 persen kasus kanker terjadi di usia reproduksi, padahal terapi kanker bisa merusak pabrik sel telur. Dengan metode simpan beku ini sel telur bisa dibekukan dan akan ditransplantasi kembali jika pasien sudah siap untuk memiliki anak," papar dr.Budi Wiwengko, Sp.OG (K), dari divisi imunoendokrinologi reproduksi Klinik Yasmin Kencana Jakarta (20/9/11).

Teknik simpan beku yang kini sudah bisa dikerjakan di klinik Yasmin Kencana ini, menurut Budi menggnakan teknik pembekuan cepat. "Teknik ini lebih unggul karena dapat menyimpan jaringan tanpa terbentuk kristal es dan tidak menimbulkan perubahan morfologi dan jaringan folikel," katanya.

Pembekuan embrio dilakukan secara cepat pada temperatur minus 196 derajat celcius dengan menggunakan nitrogen cair untuk menghindari terbentuknya kristal es.

Selain untuk pasien kanker, teknik simpan beku ini di negara lain banyak dimanfaatkan oleh wanita yang ingin menunda kehamilan.

"Wanita yang ingin menunda kehamilan karena ingin mengejar karir tapi ingin mempertahankan kesuburannya bisa menyimpan sel telurnya. Sebaiknya dilakukan sebelum usia 35 tahun agar kondisi sel telurnya masih bagus," imbuhnya.

Teknik simpan beku juga bisa digunakan untuk mereka yang secara genetik memiliki jumlah sel telur sedikit atau pasien yang melakukan operasi pengangkatan kista atau mioma. "Biasanya dalam operasi itu ada sedikit sel telur yang terangkat," papar pengajar di bidang obstetri dan ginekologi FKUI RSCM ini.

Metode pengambilan sel telur relatif sederhana. Sebelum dilakukan pengambilan, dokter akan melakukan skrining kondisi sel telur. "Kalau jumlah sel telurnya terlalu sedikit tidak akan dilakukan. Usia maksimal juga sebaiknya tidak lebih dari 34 tahun," ujarnya.

Indonesia sendiri termasuk dalam segelintir negara yang mampu melakukan teknik simpan beku. Hingga saat ini, menurut Budi sudah dilakukan penyimpanan sel telur milik 10 pasien.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com