Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

SMA Negeri 70 dan SMA Negeri 6 Tidak Akan Direlokasi

Kompas.com - 26/09/2011, 09:38 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — SMA Negeri 70 Bulungan dan SMA Negeri 6 Mahakam tidak akan direlokasi untuk lahan dan kepentingan bisnis, seperti shopping mall atau perkantoran, karena dalam perencanaan DKI Jakarta, kawasan Bulungan dan Mahakam merupakan kawasan pendidikan. Kepala SMA Negeri 6 Kadarwati Mardiutama mengatakan, hal itu telah ditegaskan oleh Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo.

"Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo telah menegaskan tidak ada rencana relokasi, ruislag, atau menggabungkan SMA 6 Mahakam dan SMA 70 Bulungan karena kawasan ini memang untuk pendidikan," kata Kepala Sekolah SMA Negeri 6 Kadarwati Mardiutama dalam acara urun rembuk di SMA Negeri 70 Bulungan, Jakarta, Minggu (25/9/2011).

Fauzi Bowo, menurut Kadarwari, menyampaikannya dalam pertemuan langsung di tengah kuatnya isu dan rencana relokasi SMA Negeri 70 Bulungan dan SMA Negeri 6 Mahakam karena pelajar kedua sekolah ini sering terlibat tawuran.

Sementara itu, Ketua Komite SMA Negeri 70 Bulungan Ricky Agusiady mengatakan, isu relokasi kedua SMA sebagai kawasan komersial bukanlah isapan jempol belaka, bahkan isu ini sudah lama beredar.

"Oleh karena itu, tawuran kedua pelajar SMA 70 Bulungan dan SMA 6 Mahakam memang sudah dirancang (by design)," katanya.

"Mereka menggunakan para mantan alumni (baru lulus dua atau tiga tahun) yang nganggur atau tidak kuliah untuk terus memprovokasi dan pelopori perkelahian di antara kedua pelajar SMA yang bertetangga sehingga menjadi alasan yang kuat untuk merelokasi kedua sekolah ini dan menjadikan sebagai lahan komersial dan bisnis, atau menggabungkan kedua SMA ini," ujar Ricky.

Ia mengaku sudah beberapa kali rapat dengan dinas pendidikan dan beberapa instansi terkait. Isu relokasi dan penggabungan sudah menjadi suatu solusi atau wacana jika tawuran kedua sekolah masih terus berlanjut dan tidak bisa dihentikan sama sekali.

"Oleh karena itu, kami menyambut baik sekali peran serta para alumni untuk ikut terlibat dalam masalah tawuran pelajar ini karena tindakan dan kegiatan para pelajar di luar sekolah sudah merupakan tanggung jawab bersama, yakni orangtua murid, masyarakat, dan alumni," katanya.

Para alumni yang hadir acara urun rembuk yang diprakarsai Iluni SMA Negeri 70 angkatan 86 menyoroti peran aparat kepolisian yang seolah-olah kurang antisipasi terhadap tawuran para pelajar kedua sekolah walau sudah sering kali terjadi. Bahkan, setiap Jumat sore sering terjadi tawuran sehingga hari tersebut dikenal sebagai "Hari Tawuran Nasional" di kalangan kedua pelajar SMA tersebut.

Ricky menambahkan, aparat kepolisian sudah punya daftar dan foto para alumni yang diduga selalu memprovokasi dan memelopori tawuran, tetapi tidak pernah ada tindakan tegas.

"Aparat kepolisian Jakarta Selatan pernah punya rencana menangkap mereka, tetapi hingga kini tidak ada tindakan," katanya.

Bahkan, posko polisi yang dibangun di gedung kesenian Bulungan yang dibangun dua komite SMA Negeri 70 Bulungan dan SMA Negeri 6 Mahakam tidak pernah diisi oleh aparat kepolisian. Padahal, posisinya di tengah-tengah kedua SMA tersebut, dan dibangun untuk mencegah tawuran pelajar yang sering kali terjadi. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com