Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Polusi Udara Bisa Memicu Serangan Jantung

Kompas.com - 05/10/2011, 14:48 WIB

Kompas.com - Kemacetan di jalan bukan hanya bisa menimbulkan stres tapi juga berbahaya untuk jantung. Menurut penelitian menghirup asap yang mengandung polutan dalam jangka waktu lama bisa memicu serangan jantung.

Dalam riset yang dipublikasi dalam British Medical Journal, para ahli menemukan paparan partikel polutan dan nitrogen dioksida yang dikeluarkan kendaraan berbahaya bagi kesehatan jantung, meski risikonya terbilang kecil hanya 1,3 persen.

Kendati begitu paparan dua pertikel tersebut dalam waktu lama ke dalam paru bisa memicu serangan jantung sekitar enam jam setelah seseorang menghirup polutan itu. Para ahli menyebut kondisi ini sebagai efek "panen" polusi.

Krishnan Bhaskaran dan timnya dari London School of Hygiene and Tropical Medicine melakukan pengujian pada 79.288 kasus serangan jantung yang terjadi di 15 daerah pinggiran England dan Wales antara tahun 2003-2006. Kemudian para peneliti mengukur besarnya polusi di area tersebut pada saat pasien mengalami serangan jantung. Data yang dipakai berasal dari National Air Quality Archive Inggris.

Para peneliti juga mengukur level karbon monoksida, sulfur dioksida dan ozon, selain juga partikel polutan lain yang disebut PM10 dan nitrogen dioksida.

"Kami memperkirakan berada di lingkungan yang level polutan PM10 dan NO2 cukup tinggi bisa memicu serangan jantung enam jam kemudian," kata peneliti.

Profesor Jeremy Pearson dari British Heart Foundation menjelaskan, polusi udara bisa menyebabkan darah mengental sehingga lebih mudah tersumbat dan beresiko tinggi serangan jantung.

"Saran saya pada pasien yang sudah didiagnosis sakit jantung sebaiknya menghindari berada di luar ruangan yang berpolusi udara dalam waktu lama," katanya.

Penelitian di Inggris juga menyimpulkan polusi udara menyebabkan 29.000 kematian prematur setiap tahunnya.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com