Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warga DKI Rentan Sakit Jiwa

Kompas.com - 06/10/2011, 06:31 WIB

Jakarta, Kompas - Warga Jakarta sangat rentan mengalami gangguan mental dan emosional. Tingginya tekanan hidup dan kurangnya kemampuan adaptasi warga terhadap perubahan lingkungan menyumbang pada tingginya gangguan mental dan emosional itu.

Hal tersebut mengemuka dalam seminar ”Urban Mental Health” yang digelar hari Rabu (5/10) di Rumah Sakit Jiwa Soeharto Heerdjan. Seminar digelar dalam rangka peringatan Hari Kesehatan Jiwa Sedunia pada 10 Oktober.

Direktur Bina Kesehatan Jiwa Kementerian Kesehatan Irmansyah mengatakan, lingkungan fisik dan psikis di Jakarta membuat warganya cenderung mengalami gangguan perilaku. ”Jakarta tergolong tinggi untuk gangguan mental dan emosional, seperti depresi dan perilaku agresif,” katanya.

Akibatnya terjadi gangguan makan dan tidur, tawuran, penyalahgunaan narkoba, kekerasan dalam rumah tangga, serta kenakalan anak dan remaja. Gangguan mental itu juga mengakibatkan terjadinya perceraian, kekerasan massal, dan bunuh diri.

Fenomena gangguan mental dan emosional yang terlihat sekarang di Jakarta hanya puncak dari gunung es. Banyak hal yang harus diperhatikan para pemangku kebijakan agar gunung es itu tidak meletus menjadi beragam persoalan yang tak bisa ditangani lagi.

Salah satu pembicara, Sasanto Wibisono, Guru Besar Departemen Psikiatri Fakultas Kesehatan Universitas Indonesia, mengatakan, akar persoalan terletak pada tidak adanya perencanaan sebuah kota yang layak bagi penduduknya. Hal itu terlihat dari kebijakan kependudukan atau perkotaan yang kurang tepat, kekacauan sistem nilai sosial budaya, pola hidup yang terus berubah, toleransi dan kepedulian yang menurun, ketidakpastian, serta persaingan.

Terlalu rumit

”Jakarta ini sudah terlalu rumit. Proses urbanisasi tidak bisa dihindari, tetapi banyak yang tak bisa menyesuaikan diri. Individu dan kelompok masyarakat dari berbagai latar belakang harus masuk ke dalam lingkup yang terbatas. Akibatnya terjadi gangguan perilaku sosial,” kata Sasanto.

Salah satu indikator gangguan kesehatan jiwa paling mudah dilihat dalam kehidupan sehari-hari adalah pelanggaran lalu lintas. ”Sudah tahu ada huruf P dicoret, masih parkir di tempat itu. Itu sudah menjadi salah satu indikator terjadinya gangguan kesehatan jiwa karena mengacaukan sistem nilai,” ujarnya.

Menurut dia, menyembuhkan orang sakit jiwa itu mudah. Banyak rumah sakit jiwa atau fasilitas kesehatan lain yang menyediakan perawatannya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com