Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Memetakan Kondisi Gizi Anak Indonesia

Kompas.com - 24/10/2011, 07:41 WIB

Kompas.com - Tidak tersedianya data yang akurat mengenai statistik demografi Indonesia, termasuk dalam bidang kesehatan dan gizi, sudah lama menjadi masalah di negeri ini. Padahal, akurasi data adalah sebuah keharusan sebagai basis kebijakan dan intervensi pemerintah.

Memang secara rutin pemerintah, juga Departemen Kesehatan melakukan survei untuk mengetahui masalah dasar kesehatan penduduk. Akan tetapi hingga saat ini belum ada data yang komperhensif dan validitasnya diakui.

Contoh paling nyata adalah mengenai angka kematian ibu melahirkan. Data resmi Pemerintah Indonesia berdasarkan Statistik Demografi Kesehatan Indonesia adalah 228/100.000 kelahiran hidup.

Namun, lembaga-lembaga internasional, seperti Bank Dunia, menyatakan, angka kematian ibu melahirkan masih tinggi, yaitu 420/100.000 kelahiran hidup.

DR.Sandjaja, dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi, Badan Litbang Kesehatan, Depkes, menyebutkan survei-survei yang pernah dilakukan pemerintah pada umumnya masih menyisakan celah.

Misalnya saja berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010, prevalensi kekurangan gizi pada anak balita komposisinya sekitar 13 persen anak mengalami gizi kurang dan 4,9 persen gizi buruk. Tetapi yang diukur sebenarnya hanya tinggi badan dan berat badan anak saja.

"Kita tidak tahu berapa data terbaru mengenai jumlah anak yang anemia, kurang yodium, kurang vitamin A atau pun mengenai kemampuan kognitif anak," paparnya di Pontianak, Kalimantan Barat, Selasa (18/10/11) saat melakukan media briefing mengenai pelaksanaan studi South East Asia Nutrition Survei (SEANUTS).

Jumlah anak balita saat ini sekitar 12 persen (sekitar 28,5 juta jiwa) dari total penduduk, yang berdasarkan Sensus Penduduk 2010 sebanyak 237,6 juta jiwa. Kelompok penduduk ini juga rentan terhadap masalah nutrisi dan kesehatan.

Ditambahkan oleh Sandjaja, untuk membuat sebuah program intervensi nutrisi terkait pengembangan anak dan kekurangan gizi, tentu diperlukan sebuah survei dasar untuk memperoleh informasi mengenai masalah nutrisi, terutama kekurangan nutrisi mikronutrien.

"Data-data mengenai kekurangan mikronutrien seperti vitamin A, B, D, asam folat, atau zinc di Indonesia sangat terbatas," kata ketua Penelitian dan Pengembangan Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI) ini.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com