Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bahaya Balita Gemar Memainkan iPad

Kompas.com - 26/10/2011, 08:07 WIB

Kompas.com - Anak-anak zaman sekarang memang lebih piawai menggunakan aneka gadget canggih. Tak heran jika belum genap berusia 2 tahun pun si kecil sudah gemar memainkan berbagai aplikasi dan game seru di iPad.

Aplikasi-aplikasi khusus untuk balita pun kini banyak tersedia, misalnya saja Baby Touch:Peekabo atau Fish Games, yang rata-rata mengklaim bermuatan edukatif. Beberapa bahkan menjanjikan aplikasinya bermanfaat untuk meningkatkan koordinasi tangan dan mata serta kemampuan fokus bayi hingga balita usia 2,5 tahun.

Para orangtua pun tak khawatir membiarkan buah hati mereka asyik mengutak-atik gadget karena dianggap bisa membuat anak mereka cepat pintar. Keasyikan anak-anak terhadap gadget juga dimanfaatkan orangtua untuk sejenak beristirahat atau melakukan hal lain. Istilahnya adalah digital babysitter.

Akan tetapi, seaman itukah iPad untuk perkembangan anak-anak? Baru-baru ini para ahli dari The American Academy of Pediatrics (AAP) kembali menyarankan para orangtua untuk membatasi waktu balita mereka, terutama yang masih berusia kurang dari 2 tahun, di depan layar televisi.

Dalam laporan yang dipublikasikan, para peneliti menemukan waktu menonton TV yang terlalu lama akan mengganggu "waktu bicara" antara anak dan orangtua, yang mana sangat penting untuk perkembangan bicara anak.

Apakah efek terlalu lama menonton TV sama dengan memainkan iPad? Hal itu memang belum jelas benar. "Kami belum punya datanya," kata Dr.Ari Brown, dokter anak dan anggota AAP.

Efek yang timbul mungkin tergantung pada cara penggunaan. Menurut Tanya Altmann, dokter anak dan penulis buku Mommy Calls, panduan untuk anak ketika menggunakan iPad seharusnya sama seperti panduan untuk televisi.

"Pada dasarnya aplikasi di iPad adalah versi terbaru dari video game yang sering kita mainkan di masa kanak-anak. Karena itu mungkin tidak banyak manfaatnya untuk anak," paparnya.

Selain itu aplikasi di gadget canggih itu dianggap tidak bisa mengajarkan anak keterampilan krusial seperti yang bisa mereka dapatkan dari dunia tiga dimensi.

"Memang ada aplikasi game membangun balok-balok, tapi tentu kita tidak ingin ini menggantikan yang nyata. Bayi harus belajar dari dunia nyata," kata Dr.Dimitri Christakis, direktur Center for Child Health, Behavior and Development, di Seattle, AS.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com